Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memaksimalkan Peran Bandara dalam Meningkatkan Kunjungan Turis Mancanegara ke Bali

14 September 2022   00:04 Diperbarui: 14 September 2022   02:24 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara I Gusti Ngurah Rai Badung Bali (foto via Kompas.com)

Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah turis mancanegara sebanyak 10,545,039 orang sedangkan turis domestik sebanyak 6,275,210 pada tahum 2019 sehingga total kunjungan turis ke Bali menjadi 16.802.249 orang.

Dengan melihat statistik tersebut maka prosentase turis mancanegara sebesar 37.24%, jumlah ini menunjukan masih mendominasi nya turis domestik yang berkunjung ke Bali selama tahun 2019.

Pada urutan lima besar negara asal turis mancanegara, Austalia masih diperingkat pertama Australia  (19,78 %) , Tiongkok (18,90%), India (5,96%). dan Inggris (4,58%).

Memang tidak ada salahnya jika keadaan ini terjadi, akan tetapi akan lebih baiknya lagi bila jumlah turis mancanegara dapat lebih ditingkatkan lagi sehingga jumlah devisa yang dihasilkan juga meningkat.

Jika dilihat dari pelabuhan kedatangan dimana data menunjukan ada sebanyak 6,239,543 di Bandara Ngurah Rai dan sebanyak 35667 dari pelabuhan laut Benoa dari total 6.257,210 kunjungan turs mancanegara, sehingga bandara Ngurah Rai masih menjadi pusat kedatangan turis mancanegara.

Jumlah ini juga masih memungkinkan lebih meningkat secara signifikan apabila ada penambahan jumlah maskapai yang melayani rute penerbangan ke Bali.

Bandara Transit dan O&D
Bandara Ngurah Rai selama ini masih merupakan bandara Orign dan Destinarion (O&D) bagi maskapai asing, yang artinya bahwa semua maskapai yang terbang ke Bali melayani rute dari Bandara di negara asal ke Bali dan kemudian kembali terbang ke bandara di negara asal.

Sehingga ilustrasi untuk rute Sydney-Denpasar pp dilakukan oleh satu atau beberapa maskapai demikian juga rute Tokyo Narita - Denpasar - Tokyo Narita.

Tidak ada rute seperti Sydney-Denpasar-Bangkok atau ke Tokyo Narita begitu pula tidak ada rute Singapore-Denpasar-Auckland atau Sydney dimana Denpasar tetap dijadikan bandara O&D tetapi juga sebagai bandara transit.

Manfaat yang diperoleh Bali dengan rute rute tersebut adalah trafik turis dari dua bandara per satu maskapai dan bila ada maskapai lainnya yang menghubungkan Bali dengan kota kota lainnya di dunia maka Bali akan terkoneksi dengan banyak kota yang berarti potensi turis.

Sebagai ilustrasi lagi, bila maskapai A melayani rute penerbangan Sydney-Denpasar-Bangkok pp maka ada potensi trafik dari Sydney dan Bangkok, rute ini lebih banyak menghasilkan potensi turis daripada rute Sydney-Denpasar pp.

Kemudian bila ada maskapai B melayani rute penerbangan New Dehli-Denpasar-Honolulu pp, yang bisa mendatangkan lebih banyak lagi turis dari Amerika ke Bali.

Rute tersebut hanya mengilustrasikan potensi konektivitas bandara Ngurah Rai dengan bandara diseluruh dunia jika menjadi bandara transit, sedangkan rute akan bergantung pada masing masing maskapai.

Akan tetapi ini tidak diterapkan di Bandara Ngurah Rai dimana sebabnya juga bukan karena Bali tidak ingin lebih banyak lagi turis mancanegara dari banyak negara untuk berkunjung ke Bali melainkan karena langit atau udara Indonesia tidak atau belum menerapkan kebebasan langit ke 5  pada 9 kebebasan langit (9 Freedoms of Air) yang lahir bersamaan dengan lahirnya Konvensi Chicago sebagai pedoman baku penerbangan dunia.

Sehingga tidak hanya di Bali saja melainkan berlaku disemua bandara yang berlokasi di ruang udara Indonesia, ini juga yang menjadi hambatan berlakunya Asean Open Sky di Indonesia dimana membuka juga pemberlakuan kebebasan ke 8 pada 9 kebebasan langit.

Ilustrasi 9 Freedoms of Air (sumber foto : jetlinemarvel.net)
Ilustrasi 9 Freedoms of Air (sumber foto : jetlinemarvel.net)

Keadaan ini berbeda dengan di bandara Changi dimana maskapai Indonesia bisa transit serta menurunkan dan mengangkut penumpang di Changi dan kemudian terbang ke negara lain selain Indonesia, mungkin karena Singapore hanya memiliki satu bandara internasional atau juga karena open econnomy nya.

Hal ini juga bisa dilihat sebagai pentingnya konektivitas bandara ke berbagai destinasi untuk lebih menyumbangkan trafik ke Changi sehingga meningkatkan pendapatan Changi dan juga berkontribusi kepada perekonomian Singapore.

Pada website ICAO, kebebasan langit kelima disebutkan sebagai berikut 'the right or privilege, in respect of scheduled international air services, granted by one State to another State to put down and to take on, in the territory of the first State, traffic coming from or destined to a third State (also known as a Fifth Freedom Right).'

Ini bisa diilustrasikan dengan maskapai A asal negara A melayani rute ke negara C dengan transit serta dapat menurunkan dan  mengangkut penumpang dan kargo di Indonesia ke bandara C di negara C.

Kebebasan kelima ini agak mirip dengan kebebasan kedua namun bedanya maskapai hanya diijinkan mendarat di Indonesia untuk keperluan teknis seperti gangguan pesawat dan pengisian bahan bakar.

Walau demikian, penambahan dan perluasan konektivitas bisa dilakukan tanpa menjadikannya bandara transit dengan mengundang lebih banyak maskapai asing walau dengan trafik O&D.

Sebagai ilustrasinya adalah bandara Phuket yang juga hanya memiliki satu landasan pacu sama seperti Bandara Ngurah Rai dimana pada tahun 2019  menerima kedatangan turis mancanegara sebanyak 10,666,178 orang dan turis domestik sebanyak 7,452,262 orang dengan lebih dari 10 maskapai asing melayani rute O&D dimana turis China masih terbanyak dalam jumlah atau sekitar 30% dari total jumlah turis mancanegara.

Lokasi geografis mungkin bisa menjadi faktor utama jika melihat Phuket yang lebih dekat ke China ataupun Eropa dengan memungkinkannya maskapai melakukan penerbangan non stop, akan tetapi faktor lokasi Bali dengan melihat potensinya bukanlah faktor utama.

Kita masih memiliki banyak pilihan dan usaha yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian maskapai asing ke Bali seperti pemberian insentif berupa diskon atau juga pembebasan biaya jasa bandara untuk beberapa peride waktu, misalnya satu bulan.

Kesimpulannya adalah masih banyak potensi kedatangan turis mancanegara ke Bali melalui bandar udara, juga tidak seharusnya kita terus hanya mengandalkan kedatangan turis dari negara negara yang sudah ada seperti Australia, China, India dan lainnya terlebih negara negara di dunia termasuk Australia masih dalam tahap pemulihan pada perekonomian mereka setelah pandemi.

Kenaikkan atau lonjakan jumlah kedatangan turis mancanegara di tahun 2022 tidak semerta merta merupakan lonjakan jumlah turis secara umum namun lebih kepada signal reaktiviasi kegiatan pariwisata dunia sehingga perbandingan pada jumlah merujuk pada statistik sebelum Pandemi  yaitu tahun 2019 dan sebelumnya.

Maskapai hanya akan melayani rute penerbangan ke sebuah bandara karena adanya permintaan kursi yang cukup untuk menghasilkan pendapatan operasional maskapai sehingga untuk mendatangkan banyak maskapai diperlukan juga penciptaan permintaan kursi yang diperlukan maskapai untuk menciptakan rute penerbangan.

Sehingga promosi pariwisata juga dibutuhkan lebih gencar lagi ke negara negara lainnya, tidak saja ke negara negara yang sudah menjadi penyumbang wisatawan.

Meningkatkan jumlah kedatangan turis mancanegara melalui bandara bisa dilakukan dengan menjadikannya sebagai bandara transit dan juga hanya sebagai bandara O&D seperti yang diterapkan selama ini hanya saja perlu dilakukan antisipasi terhadap pertumbuhan kedatangan turis mancanegara di masa mendatang.

Penambahan bandara kedua di Bali bisa dijadikan antisipasi tersebut dengan misalnya memecah trafik internasional dan domestik di dua bandara misalnya bandara baru untuk internasional dan Ngurah Rai untuk domestik dan penerbangan VIP/VVIP.

Hal ini mengingat turis domestik masih menjadi penyumbang wisatawan terbanyak saat ini dan dengan pertumbuhannya dimasa mendatang serta seringnya Bali dijadikan venue perhelatan Internasional dimana lahan parkir pesawat VIP/VVIP menjadi perhatian.

Namun pembangunan bandara kedua di utara Bali sudah dihapus dari program strategis nasional sehingga jalan satu satunya dalam jangka pendek adalah memaksimumkan potensi bandara Ngurah Rai sambil menunggu beroperasinya bandara baru dengan berbagai cara dan inovasi untuk menciptakan trafik baru dan tidak hanya bersandar kepada peningkatan trafik dari negara negara yang sudah ada menyumbang wisatawan sebelum pandemi.

Apalagi sekarang halaman bandara I Gusti Ngurah Rai di Wikipedia sudah berubah nama pemiliknya dari Pemerintah Indonesia (seperti pada bandara lainnya di Indonesia) ke pemilik baru, tentunya akan membawa semangat baru.

Referensi :

Nol Satu Dua Tiga Empat Lima Enam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun