Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Manis Itu Bukan Saat Memenangkan Lomba Blog

17 November 2022   21:41 Diperbarui: 17 November 2022   22:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: tangkapan layar Kompasiana)

Tak ada masa pengenalan secara khusus saat membuat akun Kompasiana. Seperti ospek, saat jadi murid baru atau mahasiswa baru.  Waktu itu internet belum sepopuler saat ini. Kalau boleh menggambarkan, sedang meraba-raba akan seperti apa bentuk dan wujud dunia digital. 


Internet masih dipahami secara terbatas. Sebatas tulis menulis lewat blog, kebetulan Kompasiana kata kunci yang muncul dipikiran karena berharap mendapat suatu tulisan dengan gaya berbeda. 

Masa mengenal dan memahami internet tidak mudah. Perangkat handphone belum modern saat ini. Jaringan internet juga tidak semudah sekarang. Belum lagi mesti membawa laptop kemana-mana hanya untuk mencari jaringan WiFi gratis. 

Akun Kompasiana yang dibuat saat itu seperti ruangan kosong yang berisi sedikit barang sehingga terkesan luas. Sebab tulisan yang sudah publish bisa dihitung dengan jari. 

Sengaja atau tidak  sempat membaca tulisan Kjog. Rasa penasaran muncul sebab ada tiga huruf "Jog" di belakang huruf "K". Pasti terkait dengan Jogja dan ini sesuatu yang saya cari waktu itu.

(foto: screenshot Kjog)
(foto: screenshot Kjog)

Setelah searching ternyata berkaitan dengan Kompasiana. Ternyata penulis di Kompasiana Yogya ada komunitas, mereka yang gemar menulis. 

Tak lama saya buka akun Kompasiana yang lama tidak terurus. Sesekali saya baca tulisan-tulisan lama. Ada yang buat senyum, juga malu. Sebab ada saja tulisan yang sebenarnya tidak layak ditampilkan. 

Aksi tulis menulis akhirnya berjalan kembali walau belum rutin. Hingga suatu saat ada lomba yang diselenggarakan Kompasiana kerjasama dengan sebuah bank.

Sebagai new comer dalam mengikuti lomba blog waktu itu. Merasa tertantang untuk mengikuti, apalagi penasaran dengan tulisan yang kerap jadi headline. Adakah ukuran baru kriteria tulisan headline yang selama ini saya pahami dari media konvensional.

(foto: tangkapan layar Kompasiana)
(foto: tangkapan layar Kompasiana)

Selain karena keinginan untuk mencoba mengikuti lomba sekaligus menjadi headline. Harapannya menarik pembaca dan menjadi salah satu pemenang.

Saya buat tulisan dengan tema yang sudah ditentukan. Tidak lama setelah posting, tulisan menjadi headline. Harapan menang muncul dan kepercayaan diri bertambah sehingga memacu untuk mengikuti lomba menulis blog lainnya di Kompasiana.  

Hingga pada waktunya pengumuman saya berharap-harap cemas saat mencermati satu persatu nama-nama pemenang. 

Namun berkali-kali membaca dan mencermati. Ternyata tidak ada satupun nama akun saya. Jelas pengalaman yang menyesakkan dan mengecewakan, sebagaimana umumnya dialami oleh peserta lomba blog. Seperti orang yang sudah diberi pengharapan tinggi tiba-tiba dijatuhkan.

(foto:tangkapan layar Kompasiana)
(foto:tangkapan layar Kompasiana)

Bagi sebagian orang barangkali itu pengalaman pahit. Tidak disangkal, demikian pula dengan saya, waktu itu. Namun kegagalan tersebut melecut untuk mengikuti lomba-lomba lainnya. Termasuk keinginan bergabung dengan penulis di Kompasiana Jogja (Kjog), untuk belajar bagaimana memenangkan lomba blog.

Hingga suatu saat mendapat undangan dari admin Kjog dalam Event KJOG, guna mereview menu baru sebuah resto ternama di Yogya, yang juga dilombakan di Kompasiana bersamaan dengan Kompasianers dari kota lainnya. 

Belajar dari beberapa kekalahan dilomba blog Kompasiana, harapan tidak lagi di letakkan terlalu tinggi. Cukup dengan pengharapan sederhana, yang penting ikut dan memiliki peluang. Soal nasib, keberuntungan atau "bejo" biarlah bergulir sesuai dengan alam. Bahasa trend era milenial saat ini, sering disebut dengan "semesta".

Hingga pada akhirnya, usaha tidak pernah mengingkari janji. "Semesta" menghadiahi saya dengan kemenangan sebagai juara. Walau bukan juara satu. Tepatnya sudah lupa. Namun hal itu menjadi salah satu kisah manis, tersendiri setelah bergabung dengan Kjog. Apalagi setelah melewati beberapa kegagalan untuk memenangi lomba di Kompasiana.

(foto: tangkapan layar Kompasiana)
(foto: tangkapan layar Kompasiana)

Kemenangan tersebut menjadi manis karena kegagalan beberapa kali mengikuti lomba. Ternyata bagai vitamin yang diperlukan untuk memperoleh keberhasilan atau kemenangan selanjutnya.

Harapan mendapat hal-hal yang manis dari Kompasiana terus berlanjut sampai tulisan ini dibuat. Tidak terpaku pada nilai rupiahnya saja. Tetapi ada perasaan puas dan lega, seperti atlit yang memenangkan sebuah lomba maraton.

Ada suara "Horeee..." dari dalam hati. Disertai ucapan "Yes..." yang keluar dari mulut secara spontan. Saat membaca nama-nama pemenang dan nama akun Kompasiana saya termasuk salah satunya.

Perlu dipahami bahwa setiap orang membutuhkan perasaan menang. Mendapatkan momen manis walau cukup hanya menjadi  penggembira, suporter atau pendukung. Sebab lewat hal tersebut seseorang merepresentasikan keberhasilan diri. Lewat dukungan, apakah lewat atlit olahraga, kesebelasan atau tim cabang olahraga lainnya. 

 

(foto: pixabay)
(foto: pixabay)

Kemenangan memberikan kisah manis pada pendukung atau suporter.

Bagaimana jika belum pernah menang lomba di Kompasiana ? Apakah tidak ada kisah manis saat menjadi kompasianers ?

Perbolehkan saya menjawab terkait dengan kisah manis sebagai Kompasianers dengan mengesampingkan pernah memenangkan salah satu lomba blog.

 

Lewat Kompasiana, saya memperoleh keluarga baru. Kami saling peduli, memperhatikan serta berbagi kasih seperti keluarga. Walau jarak rumah tidak dekat. Namun komunikasi tergolong kualitatif karena ada Kompasiana. Duh, maksudnya handphone.

Beberapa kali saya mendapat kesempatan untuk merasakan kisah manis menjadi Kompasianers. Diajak admin Kjog untuk berkunjung ke sekolah penyandang difabel atau panti asuhan.

Kado indah (foto: pixabay)
Kado indah (foto: pixabay)

Tidak hanya menyerahkan bantuan tetapi juga untuk menghibur. Pengalaman itu menjadi kisah paling manis mengalahkan kisah manis lain, seperti saat memenangkan lomba blog.

Sebab dari acara tersebut terbuka pemahaman bahwa Tuhan memberikan kado indah buat kita setiap hari. Tapi tidak jarang kita kurang mensyukuri. 

Dalam rangka HUT Kompasiana. Sudahkah kita memberi cerita atau kisah manis kepada sesama atau saudara kita yang kurang beruntung ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun