Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang Artidjo, Lewat Kios Koran di Bawah Pohon Talok

2 Maret 2021   22:20 Diperbarui: 3 Maret 2021   07:41 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di bawah pohon talok, kios koran itu dulu berada (foto:ko in)

Pohon talok atau pohon kresen dan kios koran itu pasti merasa kehilangan, atas kepergianmu untuk selama-lamanya. Saat bertugas di Mahkamah Agung, engkau sudah mulai jarang menyambangi mereka berdua. Mereka pasti rindu, tapi mereka paham kesibukan pekerjaanmu.

Sebagaimana kerinduan saya, menemukan sosok yang sangat berintegritas dengan profesinya.  Berprinsip pada rasa dan suara keadilan, serta teguh dan tegas menegakkan nilai kebenaran yang hakiki.

Namun demikian engkau tetap ramah pada siapa saja dan menunjukkan sikap rendah hati. Walau timbangan keadilan ada di tangan kirimu dan pedang ada di tangan kananmu.

Ramah dan santun kepada siapa saja. Termasuk saat beberapa kali saya bertemu dengannya di kios koran langganan di salah satu ruas Jl. Godean Yogyakarta beberapa puluh tahun lalu.

Murtini pemilik kios penjual koran terkejut mendengar berita kepergianmu lewat televisi malam itu. Demikian pula saya, saat membaca berita di handphone lewat salah satu situs berita. 

Artidjo Alkostar meninggal di apartemennya.

Tinggal sedikit koran yang dijajakan. Dulu harus dengan meja lebar dan panjang (foto:ko in)
Tinggal sedikit koran yang dijajakan. Dulu harus dengan meja lebar dan panjang (foto:ko in)
Seperti tidak rela, begitu cepat Tuhan memanggilnya karena negeri ini masih membutuhkan orang-orang sepertinya.  Sebagaimana dikatakan Murtini penjual surat kabar, koran atau tabloid yang memiliki kesan dalam terhadapnya.

"Bapak orangnya baik.  Sayang. Padahal bisa jadi contoh buat yang muda-muda," katanya sambil mengangkat jempol sebagai bentuk pujian pada Artidjo Alkostar. 

Dia sering jajan di warung nasi saya juga dulu, kenang Murtini saat saya temui di kiosnya yang sudah tidak di bawah pohon talok lagi. Tapi sudah bergeser sedikit ke barat. Di pertokoan, kira kira sekitar 20 meter jauhnya.

Kios koran dulu di paling kiri gambar. Kini di paling kanan (foto: ko in)
Kios koran dulu di paling kiri gambar. Kini di paling kanan (foto: ko in)
Setiap kali pulang ke Yogya, Artidjo Alkostar tidak pernah bergeser kecintaannya untuk membeli surat kabar di  kios koran Murtini. Letaknya memang strategis. Walau jumlah koran yang dibeli sudah tidak sebanyak dulu saat masih di Yogya. Artidjo seperti tidak lupa dengan kios koran kecil di bawah pohon talok. Walau sudah pindah, perhatian Artidjo tidak pernah berkurang pada penjual surat kabar, yang juga jual nasi sayur kala itu.

"Walau sudah jadi pejabat. Bapak masih selalu membeli koran di sini. Sambil menanyakan kabar. Tapi saat di MA, bapak jarang ke sini" jelas Murtini. Mungkin sibuk dengan pekerjaannya. Tapi setelah jadi pengawas KPK, bapak kerap mampir lagi untuk beli koran, tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun