Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ako Amoi Hakka Yogya, Tidak Hanya Cantik dan Ganteng

7 Desember 2020   21:29 Diperbarui: 7 Desember 2020   22:03 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finalis Hakka Ako Amoi Yogya 2020 (foto:ko in)

Menjadi Ako dan Amoi Hakka Yogyakarta itu artinya membawa sifat tangguh dan pekerja keras dan ulet. Ako dan Amoy sebutan untuk sepasang pemuda pemudi yang terpilih untuk menjadi duta dalam mempromosikan aneka macam keayaan seni budaya Yogyakarta kekancah internasional.

Menjadi duta pariwisata, seni dan budaya Yogyakarta artinya khususnya Ako Amoi Hakka. Tidak cukup melakukan acara bakti sosial, belajar meningkatkan kepribadian dan  percaya diri. Tetapi juga belajar tentang kuliner dan sejarah serta seluk beluk rumah Hakka atau Tulou. 

Pengalaman tersebut disampaikan secara bergantian Ako dan Amoi Hakka Yogyakarta, saat saya temui beberapa waktu lalu di sela-sela pengenalan lebih dekat apa itu Ako Amoi Hakka di Sleman City Hall (SCH) Yogyakarta.

Ako Amoi Hakka Yogyakarta periode 2018 sampai 2020, Ako Stefan Ronni Setiawan dan Amoi Michelle Hibono menjelaskan pula tujuan dari pemilihan Ako Amoi. 

Ako Amoi Hakka Yogya 2018-2020 (foto:ko in)
Ako Amoi Hakka Yogya 2018-2020 (foto:ko in)
Diawali dengan menjelaskan Hakka merupakan sebutan untuk komunitas sub suku Han dari Tiongkok, yang sebarannya cukup luas di berbagai tempat di dunia. Dengan jumlah yang cukup besar pula. Sebagian diantaranya bermigrasi ke berbagai negara termasuk Indonesia.

Salah satu ciri dari komunitas Hakka menurut Ako Stefan, mereka adalah pekerja-pekerja ulet. Di Yogyakarta jumlahnya tidak sedikit dan beberapa diantara mereka berhasil dalam kegiatan usaha atau bisnis. Sejumlah nama  tidak asing di kalangan pengusaha Yogja.

Salah satu tugas Ako Amoi Yogya mengenalkan budaya Hakka dan Indonesia. Seperti kuliner tofu, yang sebenarnya sudah cukup dikenal sebagian masyarakat di Indonesia. Namun tidak banyak yang mengetahui makanan tersebut merupakan makanan khas dari komunitas Hakka.

Termasuk mengenalkan filosofi atau konsep rumah Tulou. Menurut berbagai sumber, rumah tersebut menjadi simbol komunitas Hakka dan rumah Tulou telah dimasukan di dalam daftar World Heritage. Salah satu model rumah Hakka atau Tulou di Yogyakarta berada di Jl. Soragan, Kasihan, Bantul.

Masa tugas Ako Stefan Ronni Setiawan dan Amoi Michelle Hibono sebenarnya sudah berakhir bulan April lalu. Tetapi karena adanya pandemi Covid-19 baru dapat dilaksanakan awal Desember 2020 di SCH, Sleman Yogyakarta. Dengan menampilkan 13 grand finalis Ako Amoi Yogya tahun 2020-2022. 

Syarat pendaftaran (foto:ko in)
Syarat pendaftaran (foto:ko in)
Setelah menyisihkan beberapa peserta lainnya lewat berbagai seleksi yang cukup panjang. Mereka dikarantina beberapa hari untuk memperoleh berbagai pengetahuan,  ketrampilan dan pembentukan karakter. Untuk lolos menjadi peserta pemilihan syarat yang harus dipenuhi diantaranya. Usia 17 tahun sampai 28 tahun, tinggi badan minimal 170 cm. Untuk Amoi usia antara 17 sampai 25 tahun dan tinggi minimal 160 cm.

Masih memiliki garis keturunan Hakka, sub suku Han. Boleh salah satunya ayah atau ibunya saja. Pendidikan setaraf SMA dan sehat jasmani rohani. "Saya saat mendaftar waktu itu masih usia tujuh belas tahun dan masih duduk di SMA kelas dua," jelas Michelle. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun