Sila-sila dalam Pancasila itu bukan tawaran untuk dipilih salah satunya. Dua diantaranya atau lebih, dengan memilih tiga atau empat. Tetapi kelimanya merupakan kesatuan utuh. Bung Karno pernah mencoba melakukan itu tetapi beliau merasakan hal itu  kurang tepat untuk menata kehidupan sosial, bernegara dan berbangsa masyarakat Indonesia yang sangat heterogen dan multikultural.
Pancasila dengan lima silanya jangan dipisah-pisahkan. Sebab sila satu dengan sila lainnya saling menjiwai. Kurang tepat mengarahkan Kompasianer hanya untuk memilih salah satu sila saja dari lima sila.
Saya coba kutip kembali pengantar admin Kompasiana dalam topik pilihan ini. "Kompasianer, dari kelima butir pancasila tersebut mana kini menjadi penyemangatmu? Mana yang menginspirasi dan tepat untuk dijadikan pedoman pada masa-masa seperti ini? Dan apa alasannya?"
"Mungkinkah sila kelima karena warga butuh Keadilan Sosial lantaran perlu mengakses pendapatan ekonomi di saat banyak terjadi PHK? Atau sila kedua, saat Kemanusiaan yang Adil dan Beradab sangat dibutuhkan supaya kita saling berbela rasa dengan sesama manusia?"(www.kompasiana.com/30 Mei 2020)
Maka dengan demikian pertanyaan itu mengarah atau membuka pemahaman bahwa Pancasila bukan lagi Pancasila karena hanya memilih salah satu sila atau dua sila dari Pancasila dalam upaya menjawab tantangan dan permasalahan yang terjadi saat ini. Maka pilihan itu bukan pilihan Pancasila atau lima sila. Tetapi satu sila atau dua sila saja dengan sebutan Ekasila atau Dwisila.
Mungkin Bung Karno sedih jika mengetahui jika ada sebagian anak-anak bangsa dalam memahami cita-cita bangsa negeri ini secara parsial. Romo Magnis Suseno guru besar filsafat, dalam tulisannya menyebutkan bahwa Pancasila itu merupakan cita-cita bangsa Indonesia tentang masyarakat yang baik karena mengungkapkan nilai-nilai yang ingin direalisasikan dalam kehidupan bersama. Pancasila merupakan keharusan-keharusan bagi segala kebijakan politik. Pancasila adalah etika politik bangsa.
J. Kristiadi, peneliti dan pengamat politik senior dari CSIS mengatakan Pancasila secara moral dan imperatif menjadi tuntutan tabiat dan perilaku seluruh warganegara dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Ingat Pancasila bukan memilih salah satu, dua, tiga atau empat dari lima sila. Tetapi kelimanya adalah pilihan moral dan imperatif. Pancasila adalah cita-cita dan keharusan bersama. Bukan Ekasila, Dwisila, Trisila atau Catursila tetapi Pancasila.
Mendengar dan melihat realitas yang sesungguhnya, kesulitan-kesulitan yang dialami pengusaha. Kemudian duduk bersama lewat musyawarah dan mufakat. Sehingga tercipta suasana persatuan, kebersamaan dalam mencari solusi menghadapi situasi kondisi saat ini. Dilandasi kesadaran bahwa kita semua mahluk yang fana tidak ada yang paling berkuasa selain Sang Maha Kuasa, yaitu Tuhan.Â
Bukan pula vis a vis atau saling berhadapan sebagai lawan yang ingin menang sendiri karena kita sama-sama anak bangsa Indonesia.