Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kado Pahit Ahok, Sejarah Dunia Pertama?

2 Januari 2015   20:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:57 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah menjadi pemimpin puncak DKI-2 kemudian DKI-1, sesungguhnya aparat di jajaran pemkot sudah harus memahami gaya yang diberikan oleh Jokowi maupun Ahok dalam kepemimpinannya. Berulang-ulang diperingati supaya merubah pola kerja yang lebih memperhatikan kepentingan umum, rakyat dengan gerak cepat tidak bermalas-malasan. merubah sistim kerja dan pengawasan yang lebih ketat, supaya anggaran tidak bocor alias di korupsi. Melayani masyaraat dengan penuh tanggungjawab dan tidak bertele-tele dengan berbagai cara untuk mengeruk keuntungan pribadi.

Peringatan dan peringatan sudah dilakukan, mutasi jabatan juga dilakukan, pengetesan juga dilakukan dengan ketat atas penempatan jabatan strategis. Tidak peduli siapa saja, yang penting kinerja harus baik memenuhi syarat, mau kerja keras dan  cepat itu menjadi utama seleksi kepegawaian di pemkot.

Namun semua itu masih dianggap remeh oleh sebagian besar pegawai pemkot, kemungkinan dengan pertimbangan tidak mungkin Ahok – Jokowi berani bertindak lebih keras secara massive. Perlawanan yang secara diam-diam hanya dilakukan dengan tidak maunya merubah dan tetap bertahan status quo yang lebih kepada kenyamanan yang telah dibangun selama ini daripada harus berubah dan menyulitkan dirinya.

Rencana hari ini Ahok menunjukan gigi taring dengan merombak jajaran Pemkot konon sampai sejumlah  ribuan orang, akan ada perubahan 28 jabatan di eselon II dan III yang distafkan dan sebaliknya. Kejutan diawal tahun baru 2015, sebagai kado pahit dan kado manis yang dipromosikan. Bahkan kemungkinan disepanjang sejarah dunia pertama , seorang gubernur merombak jajaran dibawahnya dengan massive.

Apakah ini merupakan satu kebanggaan ataukah satu kesedihan yang sangat mendalam, karena untuk merubah suatu budaya buruk harus berani dan kerja keras yang tidak populer bahkan mungkin bisa menjadi ancaman bagi dirinya ( Ahok ), karena banyak barisan sakit hati oleh karena dampak kebijaksanaan Ahok yang tidak populer ini.

Banhyak orang menyalahkan Ahok dengan gayanya yang sangat keras dengan ucapan yang cukup keras dan sakit hati, khususnya  bagi mereka yang terserempek langsung. Karena bagi mereka yang tidak ada sangkut paut dengan kebijaksaan yang dibuat, sebaliknya senang dan mendukung sepenuhnya atas perubahan dan gaya Ahok.  Bisa dipahami, karena budaya buruk yang begitu kuat dan berada dalam barisan mayoritas sudah sulit untuk mau diubah, bahkan  Ahok sebagai minoritas untuk ingin ada perubahan akan dilabel gila oleh mereka bahkan dimusuhi dan jika mungkin disingkirkan. Karena Ahok adalah kerikil yang menyakitkan. Pandangan ini bukan saja di rasakan di DKI, bahkan diseluruh Indonesia sudah berdampak juga. Masyarakat mulai menuntut transparansi, menuntut kinerja yang lebih baik serta mengkritisi semua pejabat yang kenerjanya buruk.

Fenomena perbaikan, lebih dirasakan kembali dari pemerintah pusat dibawah Jokowi yang mantan DKI-1 berpasangan dengan Ahok. Duet yang kompak, karena memiliki visi yang sama dan tidak memikirkan kepentingan diri dalam pengabdiannya, membuat kedua pemimpin ini disegani pada masa ini. Sepak terjang Jokowi sudah menunjukan banyak perubahan, walaupun belum sempurna. Karena akan mengalami hal sama seperti memimpin DKI, banyak orang yang sakit hati karena tersinggung oleh ke bijaksanaan Jokowi.  Artinya perubahan bukan lagi terjadi di DKI, sudah beberapa daerah seperti Bandung, Surabaya, Bogor, jateng dll-nya.  Yang pasti pemimpin-pemimpin daerah itu tentunya juga tidak luput dari gangguan barisan sakit hati.  Bedanya hanya pada sejauhmana nyali pemimpin itu berani bertindak, berat ringannya permasalahan karakter manusia yang mau berubah akan menentukan nyali seorang pemimpin.

Pekerjaan Jokowi selaku presiden mungkin bisa lebih ringan karena jajaran birokratnya masih fresh from the oven, sehingga mudah mengikuti selera Jokowi, maka kabinat kerja ini lebih menunjukan percepatan yang berarti.   Beda dengan Ahok, mayoritas bawahannya adalah warisan yang buruk, sehingga perubahan itu membutuhkan energi lebih banyak dan kerja keras yang berani dalam arti memiliki nyali yang brlipat-lipat ganda. Belum lagi harus menghadapi mereka-mereka yang berada di DPRD dan undang-undang yang belum bisa mendukung sepenuhnya.

Rupanya resep Ahok dan Jokowi lebih kepada perubahan mental kerja seseorang, karena itu adalah sumber utama yang harus dibereskan terlebih dulu. Urusan mental, jauh lebih sulit daripada membuat ataupun merencanakan suatu product. Karena mental menyangkut manusia, bukan benda. Manusia yang bisa bermuka dua, didepan baik dibelakang menusuk sangat memusingkan bukan ?  Oleh sebab itu sapu bersih ganti yang baru akan lebih mudah daripada membersihkan air keruh dalam baki. Akan lebih mudah air keruh dibuang diganti yang bersih.

Pada hari ini Monas akan menjadi lapangan sejarah baru di DKI, bahkan di Indonesia yang menunjukan suatu peristiwa sejarah terbesar. Apakah perombakan itu akan membawa hasil maksimal ? Mari kita tunggu tiga tahuan berikutnya dibawah kepemimpinan Ahok. Tentu kita semua / masyarakat  mengharapkan suatu perubahan yang berpengharapan bagi kesejahteraan rakyat. Baik dalam kelayakan hidup, pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum yang memadai selaku Ibu kota Indonesia.

Selamat bekerja setelah dilantik Ahok pada hari ini, kerja, kerja dan kerjalah dengan baik !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun