Salah satu keterampilan yang sangat penting bagi siswa adalah kemampuan berbicara di depan umum. Namun, banyak siswa masih merasa gugup dan tidak percaya diri ketika harus berbicara di depan orang banyak. Hal ini terbukti dalam pelatihan public speaking yang diberikan oleh mahasiswa KKN UMD Universitas Jember kepada 18 siswa-siswi perwakilan kelas 10 hingga kelas 12 di SMA Islam Nurul Huda, Desa Grujugan Kidul, Kabupaten Bondowoso. Sebagian besar peserta pada awalnya mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat secara lancar. Pelatihan ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan pemahaman yang mendalam tentang public speaking, mulai dari teori hingga praktik langsung. Kegiatan ini mencakup simulasi presentasi serta kompetisi yang mengasah kemampuan namun tetap menyenangkan bagi para siswa.Â
      Kegiatan pelatihan dimulai dengan perkenalan dari tim mahasiswa KKN UMD Universitas Jember kepada guru dan siswa SMA Islam Nurul Huda. Selanjutnya, Bapak Iwan Biqwanto, kepala sekolah SMA Islam Nurul Huda, memberikan sambutan untuk mendukung kegiatan tersebut. Sebelum masuk ke materi utama, peserta diuji dengan sepuluh pertanyaan untuk mengetahui seberapa baik mereka memahami konsep dasar berbicara di depan umum. Setelah itu, mahasiswa KKN UMD Universitas Jember mulai menyampaikan materi yang telah dirancang secara menyeluruh dan mencakup berbagai elemen penting dari berbicara di depan umum. Pengertian public speaking serta pentingnya keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam dunia pendidikan dan masa depan karier siswa, menjadi topik utama dalam pelatihan ini.   Â
      Selain itu, pelatihan ini juga membahas berbagai mitos dan fakta yang sering menimbulkan pemahaman yang kurang tepat di kalangan siswa. Contohnya, anggapan bahwa hanya orang ekstrovert yang mampu berbicara dengan baik di depan umum, bahwa presentasi semata-mata tentang menghafal teks, atau bahwa orang yang gugup tidak layak menjadi pembicara. Melalui diskusi interaktif, mitos-mitos ini dibantah dengan mengatakan bahwa public speaking dapat dipelajari oleh siapa pun tanpa memandang kepribadiannya. Prinsip 5S, yang terdiri dari self mastery (penguasaan diri), subject mastery (penguasaan materi), sequencing (penyusunan alur presentasi), showmanship (penampilan yang meyakinkan), dan salesmanship (kemampuan memengaruhi dan meyakinkan audiens), diajarkan kepada mahasiswa KKN UMD Universitas Jember. Setelah mendapatkan penjelasan mendalam disertai contoh nyata, para siswa pun mempraktikkan langsung kelima komponen tersebut dengan bimbingan dari tim KKN UMD Universitas Jember.Â
      Siswa tidak hanya menerima materi secara pasif, tetapi mereka juga diajak untuk berpartisipasi secara aktif. Ini termasuk latihan bahasa tubuh, penguasaan panggung, dan intonasi suara untuk membuat pesan lebih menarik dan komunikatif. Meskipun praktik ini awalnya terlihat canggung, siswa mulai menunjukkan peningkatan kepercayaan diri. Setelah ini, peserta pelatihan akan dibagi menjadi empat kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan apa yang mereka ketahui. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan materi yang telah disediakan oleh tim KKN UMD Universitas Jember menggunakan PowerPoint. Tema utama yang dibahas meliputi kenakalan remaja dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Tujuan dari pemilihan tema ini adalah agar siswa tidak hanya memperoleh keterampilan berbicara di depan umum, tetapi juga memperoleh pemahaman tentang materi yang berkaitan dengan kehidupan remaja.
      Untuk memberi siswa waktu yang cukup untuk memahami dan mempersiapkan materi yang akan disampaikan, presentasi kelompok ini dijadwalkan satu minggu setelah sesi teori public speaking daripada secara langsung pada hari pelatihan. Selanjutnya, presentasi tersebut dikemas dalam kompetisi yang menarik dan dinilai secara individual oleh tim KKN UMD Universitas Jember dan guru SMA Islam Nurul Huda. Teknik berbicara, penguasaan materi, dan penampilan di depan audiens adalah semua elemen yang dipertimbangkan dalam penilaian ini. Penghargaan diberikan kepada siswa atau siswi dengan presentator terbaik pertama dan kedua, serta kepada siswa teraktif selama kegiatan berlangsung, untuk meningkatkan motivasi. Hal ini terbukti mampu mendorong siswa untuk melakukan yang terbaik dan mengatasi ketakutan mereka saat berbicara di depan umum.
      Permasalahan utama siswa dalam berbicara di depan umum cukup kompleks. Ketika mereka harus berbicara di depan orang lain atau di kelas, gugup dan kurangnya keyakinan diri sering kali menjadi penghalang utama mereka. Ketidaktahuan siswa tentang cara-cara dasar mengatasi kegugupan dan kurangnya pengalaman adalah penyebab utama masalah ini. Selain itu, banyak siswa menganggap public speaking sebagai hafalan atau sesuatu yang hanya dilakukan oleh siswa dengan kepribadian tertentu. Meskipun demikian, public speaking adalah proses penyampaian pesan yang efektif yang membutuhkan berbagai komponen penting seperti bahasa tubuh, intonasi suara, dan interaksi dengan audiens. Selain itu, kurikulum sekolah belum menyertakan pelatihan keterampilan berbicara ini secara sistematis. Akibatnya, siswa jarang memiliki kesempatan untuk berlatih secara terstruktur dan berkelanjutan.
      Melalui Profil Pelajar Pancasila, Kemendikbud mengangkat keterampilan berbicara di depan umum sebagai salah satu kompetensi abad ke-21 dalam pendidikan nasional. Keterampilan berbicara di depan umum sangat penting untuk membangun karakter siswa yang kritis, kreatif, dan mampu menyampaikan ide dengan jelas. Pengembangan keterampilan ini biasanya dilakukan melalui kegiatan seperti debat, presentasi kelompok, simulasi, dan lomba pidato. Metode ini memungkinkan siswa untuk berlatih dalam lingkungan yang aman dan mendukung dan secara bertahap meningkatkan rasa percaya diri mereka.
      Kegiatan pelatihan public speaking diakhiri dengan sesi dokumentasi bersama kepala sekolah dan seluruh peserta setelah setiap sesi selesai. Dokumentasi ini berfungsi sebagai representasi keberhasilan kegiatan dan merupakan cara untuk mengapresiasi partisipasi aktif siswa. Sekolah harus menerapkan pendekatan berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan public speaking ini. Salah satunya adalah dengan memasukkan public speaking ke dalam tugas sekolah, misalnya dengan memberikan presentasi secara teratur di setiap mata pelajaran, dan dengan menyediakan ruang luar kelas untuk membantu siswa berbicara, seperti grup debat atau kelas kreatif. Selain itu, teknik khusus, seperti mengatasi kecemasan, membuat materi yang logis, atau menggunakan alat bantu visual, harus diberikan pelatihan lanjutan secara teratur. Selain itu, sangat penting untuk membuat lingkungan belajar yang mendukung dan tidak menghakimi. Ini harus menjadi tempat di mana siswa dapat berekspresi dengan aman dan guru dapat memberikan umpan balik yang konstruktif.
      Teknologi juga dapat berfungsi sebagai alat bantu, seperti merekam sesi presentasi agar siswa dapat menonton kembali dan menilai penampilan mereka sendiri. Kolaborasi dengan pihak luar, seperti praktisi public speaking, juga penting. Mereka dapat memberikan pandangan baru dan mendorong siswa dengan berbagi pengalaman nyata dari dunia kerja. Pada akhirnya, kemampuan public speaking bukan merupakan bawaan lahir, melainkan keterampilan yang dapat diasah dan dimiliki oleh siapa pun. Kegiatan pelatihan ini, yang dimulai oleh mahasiswa KKN UMD Universitas Jember, merupakan langkah awal yang sangat baik untuk membantu siswa memperoleh kepercayaan diri dan keberanian untuk berbicara tentang ide-ide mereka di depan umum. Sangat mungkin di masa depan akan muncul generasi muda yang berani, percaya diri, dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan dukungan program berkelanjutan dan kerja sama sekolah, guru, dan siswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI