Sejarah Kabupaten Sumedang memiliki hubungan erat dengan Mahkota Binokasih, simbol kedaulatan Kerajaan Pajajaran. Pada 22 April 1578, mahkota ini diserahkan oleh Eyang Jaya Perkosa kepada Kerajaan Sumedang Larang di Kutamaya. Peristiwa ini menandai pengakuan resmi Sumedang Larang sebagai penerus Pajajaran. Menariknya, penancapan Pohon Hanjuang yang kini menjadi situs bersejarah justru terjadi setelah penyerahan mahkota tersebut.
Kutamaya sebagai Pusat Kota
Situs Kutamaya diyakini sebagai gerbang utama Kerajaan Sumedang Larang. Pada batu keramik di lokasi situs tertulis keterangan patilasan yang memuat kepemimpinan dua masa pemerintahan:
Pangeran Santri (Raden Sholih) dan Ratu Pucuk Umun (Nyimas Dewi Inten Dewata) (1530 - 1578 M).
Prabu Geusan Ulun (Pangeran Angkawijaya) bersama permaisuri Nyimas Ratu Cukang Gedeng Waru, Nyimas Harisbaya, dan Nyimas Pasarean (1578--1601 M).
Menurut Abah Apun, juru kunci situs, di sekitar Kutamaya ditemukan serpihan keramik dan kaca kuno, yang menjadi bukti aktivitas dan keberadaan kerajaan pada masa lampau.
Siloka Nama 'Kutamaya'
Nama Kutamaya menyimpan makna simbolis (siloka). Secara bahasa, dapat diartikan sebagai "Kuta Aya" atau "Aya Kota", yang berarti ada kota. Filosofi ini mengisyaratkan bahwa wilayah Kutamaya direncanakan sebagai pusat kota Kerajaan Sumedang Larang.
Jejak Visual Masa Lalu