Mohon tunggu...
KKN Kolaboratif68
KKN Kolaboratif68 Mohon Tunggu... Lainnya - KKN Kolaborasi 68 di Desa Mumbulsari Kec. Mumbulsari Kab Jember

Berkaitan dengan media berita yang ditulis oleh Kelompok KKN Kolaboratif 68 selama melakukan pengabdian masyarakat di Desa Mumbulsari Kec. Mumbulsari Jember

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Siap Menciptakan Lapangan Kerja, Pengrajin Rotan Desa Mumbulsari Butuh Perhatian Pemerintah Daerah Melalui KKN Kolaboratif 68

30 Juli 2022   14:35 Diperbarui: 27 Agustus 2022   14:24 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN Kolaboratif 68 Bersama Pemilik Usaha

KKN Kolaboratif 68 Bersama Pekerja
KKN Kolaboratif 68 Bersama Pekerja
Mumbulsari merupakan desa yang terletak di ujung timur Kabupaten Jember dengan luas wilayah desa mencapai 1.463 Ha. Desa Mumbulsari berjarak sekitar 15 km dari pusat pemerintahan kabupaten dengan mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani. Selain petani, beberapa masyarakat desa merintis usaha mikro kecil menengah. 

Salah satunya adalah Bapak Santoso yang merupakan seorang pengrajin rotan di dusun Gambiran. Bapak Santoso mendirikan rumah kerajinan rotan pada bulan Februari tahun 2021 yang berangkat dari keresahan beliau terkait banyaknya pengangguran di desa akibat dari adanya pandemi Covid 19.

Rumah kerajinan rotan milik Bapak Santoso beroperasi setiap hari mulai jam 8 pagi hingga 4 sore. Bahan baku rotan dikirim dari Gresik dalam bentuk lonjoran dengan ukuran 6 meter. Model produk dapat dipesan sesuai keinginan konsumen. Sebelumnya, Bapak Santoso membuka rumah kerajinan rotan di daerah Tumpengsari yang berada di Kecamatan Kaliwates. 

Sebelum membuka usaha, pemilik merupakan seorang petani yang memang memiliki keahlian yang beliau dapatkan ketika masih bertempat tinggal di Seputih Kecamatan Mayang. Saat ini peminat rotan sudah banyak, namun yg di Jember belum begitu dikenal.

Ketika pandemi covid tahun 2021, karyawan yang dimiliki Bapak Santoso mencapai 40 orang karena pesanan yang meningkat sebanyak 1800 unit kerajinan rotan. Beliau pernah mencapai omset 1,8 miliyar dalam waktu 3 bulan. Rotan hasil produksi lebih banyak dijual ke perusahaan dengan sistem kontrak. 

Biasanya uang muka awal 30% dari total keseluruhan biaya, namun ketika pengerjaan selesai terkadang masih belum dilakukan pembayaran penuh oleh perusahaan dan ketika waktu pengerjaan melebihi batas yang disepakati maka akan dikenakan sanksi berupa denda. Target pengerjaan perhari disesuaikan dengan banyak dan lama waktu produk dipesan.

Omset kerajinan rotan Bapak Santoso mengalami penurunan. Dulu dalam satu kali pesanan dapat mencapai 1800 unit, namun sekarang hanya berada di kirasan ratusan unit. Selain mengirim untuk perusahaan, beliau juga rutin mengirimkan produk ke Bali untuk dipasarkan. 

Untuk sekarang terdapat 8 karyawan tetap di tempat produksi. Pemilik usaha belum melakukan pemasaran secara online karena beliau merasa e-commerce hanya bisa mencapai pasar nasional dan pertimbangan ketatnya persaingan dan sulitnya pengiriman karena ukuran barang yang besar. Selain itu juga pertimbangan terkait banyaknya unit yang dipesan. Secara rutin, beliau mengirimkan produk rotan ke PT Kualita Bali untuk kemudian dipasarkan ke mancanegara.

Sekat Rotan Setengah Jadi
Sekat Rotan Setengah Jadi
Sekat Rotan
Sekat Rotan
Set sekat rotan yang terdiri dari 3 buah dihargai 800 ribu rupiah. Untuk pengiriman dilakukan menggunakan pick up atau truk. Dalam produksi juga jarang terdapat limbah rotan karena ketika rotan yang akan dijadikan produk rusak maka akan dimanfaatkan menjadi produk lain seperti kursi kecil. 

Ketika mengikuti pameran UMKM di Alun-alun Jember, beliau mempresentasikan produknya karena produk rotan yang beliau hasilkan menjadi incaran pasar internasional namun kurang diminati pasar lokal. Namun, untuk mencapai pasar internasional, atas saran Bupati Jember, paling tidak rotan harus menguasai pasar lokal. Sedangkan ketika dipasarkan di pasar lokal, peminat rotan tidak begitu tinggi. 

Pemilik sudah mencoba memasarkan produk secara online melalui media sosial, namun sampai saat ini hanya satu dua produk saja yang dapat terjual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun