Bondowoso -- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Jember yang ditempatkan di Kelurahan Curahdami, Bondowoso, telah menutup masa pengabdiannya dengan berbagai program kerja yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Selama kurang lebih satu bulan, mereka menjalankan serangkaian kegiatan yang menyasar pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga kebudayaan lokal.
Dalam bidang pendidikan, mahasiswa mengadakan sosialisasi kepada siswa sekolah dasar mengenai pentingnya melanjutkan sekolah dan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Mereka juga menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya pinjaman online dan judi online, sebuah isu yang semakin relevan di tengah maraknya praktik keuangan digital yang kerap menjebak masyarakat.
Dari sisi pemberdayaan ekonomi rumah tangga, mahasiswa memperkenalkan cara memanfaatkan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. Program ini tidak hanya mengurangi limbah rumah tangga, tetapi juga membuka peluang usaha sederhana bagi warga. Sementara itu, program utama yang paling menonjol adalah perkenalan ramuan Biyoso, racun tikus tradisional berbahan alami yang diharapkan bisa membantu petani mengatasi gagal panen akibat hama tikus.
Selain program tematik, mahasiswa KKN juga aktif berkolaborasi dengan komunitas pemuda kreatif Curahdami dalam pelaksanaan kegiatan budaya. Salah satunya adalah acara selamatan desa atau sedekah desa di sumber mata air, sebuah tradisi yang masih dijaga sebagai wujud syukur dan pelestarian nilai kearifan lokal. Tidak hanya itu, malam puncak perpisahan mahasiswa KKN ditutup dengan pentas seni yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, menjadikannya ajang silaturahmi sekaligus perayaan kebersamaan.
Namun demikian, sejumlah catatan penting patut menjadi evaluasi. Sebagian program yang dijalankan masih membutuhkan tindak lanjut agar dampaknya tidak berhenti saat mahasiswa KKN kembali ke kampus. Misalnya, pembuatan lilin aromaterapi perlu ada pelatihan lanjutan agar benar-benar bisa menjadi sumber penghasilan warga, sementara penggunaan Biyoso harus terus dipantau efektivitasnya dalam jangka panjang. Meski demikian, kegiatan ini memberi gambaran bagaimana kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah dapat melahirkan ruang belajar bersama yang relevan dengan kebutuhan nyata di lapangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI