Bondowoso -- Ancaman hama tikus yang terus menerus meresahkan petani di Kelurahan Curahdami Bondowoso, akhirnya mendapat perhatian serius dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Jember. Selama dua tahun terakhir, banyak petani di kawasan ini mengalami gagal panen akibat serangan tikus sawah. Situasi ini bukan hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga menggerus semangat petani yang bergantung penuh pada hasil panen padi.
Sebagai respon terhadap keresahan itu, mahasiswa KKN memperkenalkan Biyoso, sebuah ramuan tradisional yang diformulasikan sebagai racun tikus alami. Program ini tidak lahir dari sekadar eksperimen, melainkan dari kebutuhan nyata masyarakat yang mendesak solusi. Untuk memastikan metode ini dapat dipertanggungjawabkan, mahasiswa KKN juga berkolaborasi dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian Bondowoso, sehingga proses pembuatan dan penyebaran ramuan dilakukan dengan pendampingan resmi.
Pelaksanaan program ini melibatkan dua kelompok tani, yakni Curah Makmur 1 dan Curah Makmur 5. Pada tanggal 3--4, para mahasiswa bersama petani dan PPL menggelar praktik pembuatan ramuan Biyoso dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti gadung, ikan segar, kulit kamboja, dan sekam. Sementara itu, pada tanggal 6--7, ramuan yang telah siap langsung disebarkan di sawah-sawah warga. Proses ini tidak hanya teknis, tetapi juga menjadi ruang belajar bersama antara mahasiswa, petani, dan dinas pertanian tentang pengendalian hama berbasis kearifan lokal.
Menariknya, Biyoso tidak langsung membunuh tikus secara cepat seperti racun kimia. Efek yang ditimbulkan membuat gigi tikus rontok dan menyebabkan kemandulan, sehingga populasinya menurun secara perlahan. Pendekatan ini dipandang lebih aman untuk lingkungan karena tidak mencemari tanah maupun mengganggu ekosistem selain tikus. Namun, efektivitasnya tetap perlu diuji lebih jauh melalui evaluasi panen mendatang.
Program ini mengajarkan satu hal mendasar: solusi untuk masalah masyarakat tidak bisa hanya datang dari luar, melainkan harus lahir dari kolaborasi yang sejajar antara ilmu pengetahuan, pengalaman lokal, dan dukungan pemerintah. Biyoso mungkin hanyalah sebuah ramuan sederhana, tetapi di baliknya ada harapan, eksperimen, dan kritik terhadap ketergantungan pada racun kimia. Jika ke depan hasilnya terbukti signifikan, Biyoso bisa menjadi contoh bagaimana inovasi tradisional yang dikembangkan bersama mahasiswa mampu melindungi keberlangsungan pangan dan mengembalikan senyum petani Curahdami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI