Ditilik dari prinsip hukum tersebut, bisa dikatakan bahwa Indonesia bahkan telah menguasai Kepri selama 76 tahun tanpa ada keberatan dari Negeri Jiran. Adapun keberatan atau klaim wilayah Kepri baru dilontarkan Mahathir setelah 64 tahun Malaysia mendapat hadiah kemerdekaan dari Inggris.
Berdasarkan catatan sejarah dan konsep hukum internasional, tidak ada satu pun pijakan yang dapat digunakan dalam membenarkan klaim buta eks Perdana Menteri Malaysia tersebut atas wilayah Kepri. Penguasaan Kepri oleh Indonesia merupakan harga mati!
Iredentisme ala Mahathir
Iredentisme merupakan konsep politik yang mana suatu negara berhasrat untuk menganeksasi teritorial-teritorial yang telah dikuasai oleh negara lain atas dasar persamaan etnis, keterkaitan sejarah dan budaya, baik secara aktual maupun hanya sekadar dugaan.
Konsep itu acap digaungkan penganut pan-nasionalisme yang lazimnya akan menyasar teritorial negara tetangga (serumpun) untuk kemudian diklaim sebagai wilayahnya. Iredentisme kerap digunakan untuk melegitimasi aneksasi wilayah yang sebelumnya dikuasai suatu negara berdaulat.
Namun, sayangnya, selama ini prinsip iredentisme dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas geopolitik di dunia serta telah terbukti banyak mengakibatkan terjadinya berbagai krisis, konflik, dan peperangan.
Invasi Rusia ke Ukraina dapat menjadi salah satu contohnya. Vladimir Putin menganggap bahwa Ukraina merupakan bagian dari Rusia atas dasar keterkaitan etnis serta sejarah. Apakah Mahathir memang terinspirasi dari sikap Rusia?
Klaim tak berdasar yang dilontarkan oleh Mahathir sama berbahayanya dengan, misalnya, Belanda mengklaim Indonesia sebagai wilayah kedaulatan mereka atas dasar keterkaitan sejarah kolonialisme.
Aksi seperti itu tak bisa dibenarkan dan akan mengganggu relasi antara kedua negara. Apalagi, selama ini hubungan keduanya sering kali bermasalah akibat kebiasaan Malaysia dalam mengklaim wilayah dan warisan budaya Indonesia.
Sebagai figur publik dan bekas Perdana Menteri, hendaknya Mahathir berhenti membuat komentar bernada provokatif yang bisa memicu ketegangan dengan Indonesia. Cukuplah sejarah masa lalu yang menggoreskan luka dalam relasi Indonesia-Malaysia.
Jika klaim sepihak itu masih diteruskan, bukan tidak mungkin seruan legendaris "Ganyang Malaysia!" yang pernah dilontarkan Bung Karno akan kembali digaungkan. Namun, tentu kita tidak menginginkan skenario itu terjadi.