Gairah cinta yang kamu rasakan ketika sedang berbunga-bunga, sama dengan seseorang yang mengalami kecanduan narkotika. Bisa dibayangkan efek yang muncul saat kamu patah hati atau saat cintamu bertepuk sebelah tangan?
Ya, efeknya identik dengan orang yang mengalami putus zat atau sakaw. Cinta adalah candu. Tidak mengherankan jika efek yang bisa ditimbulkan cinta serupa dengan ketergantungan pada narkotika.
Biar bagaimanapun, setiap orang yang jatuh cinta, suatu saat pasti akan patah hati juga, tidak peduli apapun alasannya. Memang begitulah hukum alam bekerja. Keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal itulah yang harus kamu sadari saat sedang bahagia-bahagianya merasakan jatuh cinta.
Bahkan, seorang pujangga asal Irlandia, Oscar Wilde, pernah berujar, "Hati dibuat guna dihancurkan, itulah kenapa Tuhan mengirimkan kesedihan ke dunia." Benar apa kata Wilde, hati memang diciptakan untuk dihancurkan berkali-kali.
Idealnya, jika kamu memang siap jatuh cinta, kamu juga siap untuk patah hati. Bisa jadi kamu ditinggalkan waktu lagi sayang-sayangnya atau dicampakkan ketika dia menemukan yang lebih baik darimu. Sebagaimana jatuh cinta, patah hati juga bekerja dengan cara misterius.
Tidak jarang orang yang menilai bahwa menyembuhkan hati yang patah adalah dengan cara menemukan cinta yang baru. Beberapa orang memang bisa "move on" dengan menemukan belahan hati yang baru, tetapi sebagian lainnya tidak, atau setidaknya sulit.
Bagi mereka yang patah hati dan susah "move on", menemukan cinta yang baru tak ubahnya menabur garam pada luka sayatan yang terbuka. Akan timbul rasa perih karena luka yang lama saja belum benar-benar sembuh.
Terkadang, saat satu orang pergi, seluruh dunia tampak kosong. Dunia di sekitarmu tidak lagi sama. Tanpa kehadiran dirinya, kamu seakan merasa menjadi orang yang paling menderita di alam semesta.
Umat manusia sudah mengalami putus cinta selama ribuan tahun. Akan tetapi, sebagian besar dari kita masih memakai mekanisme pemulihan yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan para pendahulu kita, yakni waktu, dukungan sosial, alkohol, dan narkoba.
Seiring dengan perkembangan zaman, tidak banyak yang berubah dengan cara kita dalam memulihkan diri dari situasi dan pengalaman buruk akibat patah hati.