Mohon tunggu...
Kirana Fizkha
Kirana Fizkha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa tingkat S1 yang menjalani jurusan film dan televisi, sedang menekuni menjadi filmmaker.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotika pada Drama Musikal The Greatest Showman

25 Oktober 2022   17:31 Diperbarui: 25 Oktober 2022   17:36 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


The Greatest Showman merupakan suatu film bergenre drama musikal yang dirilis pada tahun 2017 di bioskop seluruh dunia. Film yang disutradarai oleh Michael Gracey ini mengisahkan tentang sosok pemeran utama bernama P. T.  Barnum yang mempunyai seorang kekasih bernama Charity dan sedang dilanda mempunyai harapan harapan besar untuk dirinya di masa depan. 

Mereka berdua berhubungan melalui surat pada saat kecil sampai bertemu akhirnya di masa dewasa. Mereka menikah dan mempounyai dua orang anak. Hidup mereka penuh dengan kebahagiaan dengan kesederhanaannya, akan tetapi karena Barnum menginginkan hal lebih dari dirinya dan selalu merasa kurang hingga akhirnya dia berambisi untuk mewujudkan mimpinya itu.

Pada awal mulanya Barnum dipecat dari perusahaan lama karena bangkrut, ia yang meminjam uang untuk membeli sebuah museum. Sayangnya penjualan tiket tersebut tidak sesuai denga napa yang diinginkan Barnum. 

Lalu ia memiliki ide untuk membuat sebuah pertunjukkan sirkus, ia mencari kesana kemari para pemain yang berbakat dan unik. Hingga ada saat dimana konflik dengan sang istri muncul. Setelah lama berusaha untuk mencari cara agar pertunjukannya berhasil, pada akhirnya pertunjukkan tersebut dikenal di seluruh dunia.

1. Kreativitas dan bakat yang terkandung dalam film


Dalam film The Greatest Showman, kitab isa melihat bagaimana sang sutradara ingin menampilkan sisi terbaik yang tidak dirasakan atau diketahui orang-orang. Contohnya dalam scene dimana mereka yang sangat keterbatasan, entah itu karena fisik, mental, ataupun materil, tetapi mereka punya sisi lain dari bakat itu sendiri. 

Saya rasa sang sutradara ingin menunjukkan bahwa kuasa Tuhan itu sangat Ajaib dan indah. Kita tidak boleh asal men-judge orang atas dasar apa yang hanya kita lihat. 

Seperti halnya mereka yang memainkan sirkus. Pada awalnya mereka dicaci maki oleh penonton karena fisik yang tidak sempurna. Akan tetapi kita lihat pada akhirnya mereka berhasil membuat semua penonton merasa menikmati pertunjukkan tersebut hingga memberikan apresiasi yang luar biasa.


2. Semiotika yang terpampang


Pada salah satu scene dimana tokoh protagonis mengucapkan salah satu kalimat kepada Barnum yaitu " cepat atau lambat ia akan muak dnegan hidupmu yang miskin". 

Pada scene ini diinterpretasikan d=sebagai kata-kata yang menyakiti hati tetapi juga sebagai penyemangat hidup bahwa Barnum bisa membuktikan dirinya pantas untuk anaknya yaitu Charity. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun