Mohon tunggu...
Muhammad Alimuddin
Muhammad Alimuddin Mohon Tunggu... Freelancer - saya adalah seorang pemerhati sejarah dan budaya yang konsens pada sejarah dan budaya masyarakat SEulawesiTenggara

Lahir di Raha deari seorang ayah dan ibu adalah petani miskin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Saidi Raba dan Kehamilan Permaisuri Raja Muna, Sangia Latugho di Usia 90 Tahun

18 Mei 2019   16:45 Diperbarui: 18 Mei 2019   16:55 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Syahdan, suatu masa sekira abad ke 17, Kerajaan Muna dipimpin oleh seorang raja yang bernama Laode Abdul Rahman ( 1671 -- 1716 ), gelar Sangia[1] Latugho. PeKisah Saidi Raba Dan Kehamilan Permaisuri Raja Muna Sangia La Tugho Di Usia 90 Tahunmberian gelar itu kemungkinan dikarenakan pada saat berkuasa,  Kamali[2] nya) dibangun di kampong Latugho, suatu kampong yang ada di Kerajaan Muna. Pemberian gelar sesuai dengan nama tempat kediaman atau dimakamkan seorang Omputo atau pemimpin lainnya  semacam itu adalah hal yang biasa di Kerajaan Muna.     

Dikisahkan dalam lembaran sejarah kebudayaan Muna, Sangia Latugho menikah dengan seorang perempuan yang  telah berusia hampir 90 tahun yang bernama Wa Sope[3]. Isteri dari sangia Latugho tersebut adalah perempuan yang pernah dijodohkan dengan ayahanda beliau Laode Ngkadiri yang bergelar Sangia Kaindea[4],   namun perjodohan itu di tolak oleh Sangia Kaindea. 

Akibat  dari penolakan terhadap perjodohan itu,  menimbulkan perselisihan antara Kerajaan Muna dengan Kesultanan Buton sehingga beberapa kali terjadi perang fisik[5]. Perselisihan itu kemudian ditunggangi oleh VOC yang sebelumnya ditolak kehadirannya di Muna dan Buton oleh Omputo Sangia Kaindea.  Jadi kemungkinan untuk menghindari perselisihan yang berkepanjangan, Sangia Latugho memilih untuk menikahi perempuan yang lebih cocok sebagai ibunya tersebut yang juga merupakan orang yang pernah dijodohkan dengan ayahandanya itu.

Setelah sekian lama berumah tangga, Omputo Sangia Latugho belum juga dikaruniai seorang putera . Hal ini membuat Sang Raja gunda gulana. Harapanya untuk mendapatkan seorang  putera seakan telah tertutup mengingat isterinya yang sudah uzur yang tidak mungkin bisa hamil. Hampir setiap saat Omputo Sangia Latugho menghabiskan waktunya hanya termenung di Tambi[6] Kamalinya, memikirkan perjalanan Kerajaan Muna yang dipimpinya serta penerus tahtanya.

Beliau tidak menginginkan, bila sepeninggalnya nanti tahta raja di Kerajaan Muna menjadi rebutan orang-orang yang tidak berhak dan tidak kapabel atau Kerajaan Muna di kuasai oleh kerajaan lain. Keresahan Omputo Sangia Latugho itu sangat beralasan mengingat konflik dengan Kesultanan Buton yang pernah tercetus ketika ayahandanya berkuasa belum benar-benar pulih. 

Suatu sore, ketika Omputo Sangia Latugho sedang termenung di tambi Kamalinya, tiba --tiba seorang Kafowawe[7]   yang sedang bertugas  datang menghampirinya dan menyampaikan suatu kabar.

 " Omputo[8], beberapa waktu belakangan ini kami melihat tuanku selalu termenung saja. Adakah hal yang tuanku risaukan? "   sapa Kafowawe itu penuh hormat.

" Benar Kafowawe, saya benar-benar resah mengingat usia saya yang semakin tua, sementara Allah belum juga mengaruniai saya seorang anak pun. Dipihak lain, perselisahan dengan saudara kita Buton belum sepenuhnya pulih. " ujar Omputo Sangia Latungho pada abdinya tersebut seraya mengarahkan pandangannya jauh kedepan dengan tatapan kosong.

Belum lagi Kafowawe menimpali omongan Tuannya, Omputo Sangia Latugho melanjutkan pembicaraannya  "  Yang saya takutkan, bila saya meninggal nanti, sementara tidak ada penerus saya maka tahta kerajaan akan menjadi rebutan. Dan parahnya lagi, VOC yang telah bercokol di Buton akan memanfaatkan situasi ini dengan melakukan adu domba antara Muna dan  Buton dengan memperucing perselisihan yang sebelumnya pernah terjadi " terang nya panjang lebar.

" Ampun tuan ku, menurut informasi,  di Bharata[9] Loghia bermukim seorang Ulama besar bernama Saidi Raba[10]. Ulama ini terkenal sakti dan doa-doa nya sangat makbul. Jadi kalau Tuan ku tidak keberatan kita undang saja Ulama itu datang ke kemari dan mendoakan agar Rimbi[11]  bisa hamil dan Tuan ku bisa mendapatkan keturunan " ucap Kafowawe itu.

" Tapi apa mungkin, Rimbi yang sudah berusia 90 tahun itu bisa hamil ? " timpal Raja Sangia Latugho yang terlihat mulai marah karena merasa di hina oleh Kafowawe nya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun