Mohon tunggu...
Fidia Larakinanti
Fidia Larakinanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Just look a little bit closer to me. Then, you'll find that I'm very interesting and hard to know. I'm just a little bit extraordinary.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Airin Hanya Jadi Boneka Bagi Penguasa Banten?

15 Januari 2011   13:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kekalahan pasangan Jazuli Juwaini-Airin Rachmi Diany ketika 'bertarung' melawan pasangan Ismet Iskandar-Rano Karno saat Pilkada Bupati Tangerang bulan Januari 2008 lalu, tentu sangat membekas pada diri Airin. Biaya politik yang terlanjur dikeluarkan dalam jumlah besar bukanlah hal yang mudah dihilangkan dari ingatan, apalagi kerugian emosi karena perolehan suara yang terpaut tipis dapat membuatnya frustasi atau bahkan bersemangat untuk 'membalas dendam' pada kesempatan lain.

Tibalah momen itu. 29 Oktober 2008, Kota Tangerang Selatan memiahkan diri dari Kabupaten Tangerang dan resmi menjadi sebuah kota. Pada 'tasyakuran' Plt. Wali Kota Tangerang Selatan, M. Sholeh -yang merupakan salah satu tangan kanan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah saat itu- Airin duduk manis di antara para undangan. Rano Karno yang dulu menjadi lawan politiknya pun hadir dalam acara tersebut.

Sejak saat itulah, mulai bermunculan opini masyarakat bahwa Airin akan maju lagi dalam Pemilukada Kota Tangerang Selatan. Ia kemudian diposisikan menjadi Ketua PMI Tangerang Selatan sebagai upaya untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat Tangerang Selatan walaupun sedang tidak dalam suasana berkampanye. Namun, kepeduliannya itu bisa jadi merupakan sebuah upaya untuk memelihara hubungannya dengan para pemilihnya saat Pilkada Bupati lalu atau usaha 'tebar pesona' dan pencitraan politik yang baik sedini mungkin dalam memuluskan rencananya maju ke Pemilukada Kota Tangerang Selatan.

Benar saja. Saat menjelang deklarasi Bakal Calon Wali Kota Tangerang Selatan, Airin sudah mencuri start melalui slogan-slogan yang dilontarkan di bawah naungan bendera PMI. Terlebih lagi ketika ia menjadi Calon Walikota Tangerang Selatan, seluruh sisi kawasan Tangerang Selatan dibuat sesak dengan 'foto cantik' Airin dan program-program muluknya untuk membangun Kota Tangerang Selatan. Ia tidak peduli bahwa dirinya bagaikan 'barang dagangan' yang pernah dijajakan pada pasar yang sama.

Para pejabat pemerintahan, mulai dari pejabat Pemkot hingga Ketua RT -yang seharusnya bersikap netral- direkayasa sebagai tim suksesnya. 'Madu' ditawarkan sebanyak-banyaknya melebihi pancingan 'madu' ketika ia menjadi Calon Bupati Tangerang dulu kepada para 'semut'. Para 'semut' pun bersemangat mencicipi bahkan memburu manisnya 'madu' Airin.

Namun, tidak sedikit 'semut' yang menyadari bahwa manisnya 'madu' yang ditawarkan Airin hanya akan terasa ketika berkampanye saja. Mereka menyadari betapa pentingnya penegakan demokrasi di Kota Tangerang Selatan lima tahun ke depan daripada menikmati manisnya 'madu' Airin yang hanya terasa nikmat dalam sesaat.

Yang pasti, Airin berani muncul sebagai Calon Walikota Tangerang Selatan karena ia tidak melangkah sendirian. Ia disokong oleh kekuatan politik, kekuasaan keluarga besar, dan kekuasaan finansial. Mungkin saja ia hanyalah 'boneka' yang dimainkan oleh pihak-pihak yang ingin mendirikan dinasti politik dan memegang kekuasaan abadi di Banten, khususnya di bumi Tangerang Selatan yang nota bene adalah daerah yang cukup potensial.

Pemilukada Kota Tangerang Selatan bukanlah ajang kompetisi seperti Indonesian Idol, seorang pemenang dipilih karena perolehan SMS yang dikirimkan oleh para pemirsa yang memilih kontestan -kebanyakan memilih karena mengidolakan mereka, bukan karena kualitas yang dimiliki oleh para kontestan- dan tidak ada pengaruh bagi para pemilihnya. Pemilukada Tangerang Selatan adalah sebuah ajang pemilihan wali kota yang akan sangat menentukan nasib Kota Tangerang Selatan lima tahun ke depan. Hasil pemilihan akan berpengaruh bagi kehidupan warga Kota Tangerang Selatan.

Warga Tangerang Selatan harus lebih jeli dan lebih kritis dalam memilih pemimpinnya. Jangan sampai warga Tangerang Selatan 'merana' di tanah sendiri karena pemimpinnya hanya berorientasi untuk menimbun kekayaan untuk memakmurkan dirinya dan keluarganya. Perhatikanlah !!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun