Mohon tunggu...
Kinan Lambong
Kinan Lambong Mohon Tunggu... -

Waspada Neo Kapitalisme dan Serangan Asimetris. KORUPTOR, dihukum MATI saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelompok Sakit Jiwa dan Kedunguan

8 September 2018   07:53 Diperbarui: 8 September 2018   08:42 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedunguan dan Sakit Jiwa (Dok.Pribadi penulis)

Termasuk kategori ORANG ORANG SAKIT JIWA adalah orang atau kelompok dari orang-orang yang mendukung secara buta terhadap sebuah sifat budaya kemunafikan serta kebohongan.

Kemunafikan adalah : 1. Berkata suka berbohong, 2. Berjanji selalu ingkar 3. Diberi kepercayaan suka berkhianat.

Pembohong adalah : Mengumbar janji ketika Pilpres dan Pilleg atau dalam suasana interaksi antar manusia, lalu tidak pernah memenuhi janjinya atau tidak mampu untuk bisa memenuhi janjinya (ingkar janji-kebohongan). Bisa juga kita maknakan dengan Hoax.

Mendukung/Pendukung buta : Kelompok orang yang belum/tidak mengerti siapa dibelakang yang dia dukung. Dia mendukung hanya melihat sosok bungkus kelakuannya saja. Contoh : Si A adalah seorang tokoh bersifat halus dalam pendusta/pembohong dengan segala kekayaannya dan kekuasaannya, banyak orang terkesima lalu mendukungnya, padahal si A itu adalah sosok tokoh penting KONSPIRASI kotor alibaba hanya sebagai tokoh BONEKA dari pihak asing yang berada di daerah/wilayah berpaham dan beridiologi anti Tuhan misalnya. Banyak keputusan dari tokoh Boneka ini, selalu berpihak kepada pengendali boneka tersebut. Bahkan mereka meminjam dana dan berhutang kepada pengendali boneka tersebut.

Kedunguan adalah : Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dungu diartikan sebagai orang yang "sangat tumpul otaknya, tidak cerdas, bebal dan bodoh tidak mau tahu dengan kebenaran, selalu gagal paham".

Para penerjemah kita lazim memadankan ahmaq dalam bahasa Arab dengan dungu dalam bahasa Indonesia. Tapi, kata ahmaq biasanya tidak merujuk pada kekurangan gizi atau cacat otak, melainkan lebih berhubungan dengan soal-soal mental. Untuk orang idiot atau tumpul otak, bahasa Arab memakai kata safih, sedangkan bodoh atau orang yang tidak mengetahui secara umum disebut dengan jahil.

Makanya di zaman jahiliyah dahulu sangat sulit kita bisa memasukkan pola pikir kebenaran yang baik baik out of the box. Pada saat kekinian, sangat banyak kaum intelektual yang dungu dan sakit jiwa yang tidak bisa membedakan mana kemunafikan, kebohongan dengan cara rasional. Inilah yang kita sebut dengan KEJAHILIAHAN INTELEKTUAL dan mereka sudah meninggalkan jauh cara berfikir secara benar yang rasional.

Makna dari kata dungu ini misalnya, aspek fisik yang tertuang dalam kalimat "sangat tumpul otaknya", bisa juga "sangat bodoh sikapnya". Aspek ini sepertinya terkait dengan masalah kekurangan gizi dan sebagainya.

Tetapi dilain pihak kekurangan gizi tidak merupakan patokan, ternyata pihak yang sudah mengenyam pendidikan tinggi pun terjebak didalam KEDUNGUAN ini. Ada juga sisi kecerdasan yang lazimnya dikaitkan dengan kapasitas mental dan intelektual dalam kerendahan wawasan. Dua kata terakhir yang dipakai KBBI justru makin melebarkan medan makna dari pengertian  dungu tersebut atau bisa kita katakana sebagai intelektual dungu..

Banyak dari manusia yang bisa kita saksikan saat ini, terutama di Indonesia di dalam suasana tahun politik saat ini, banyak dari kelompok orang yang sudah masuk kedalam wilayah SAKIT JIWA dan berlama lama didalam suasana sakit jiwa tersebut sehingga posisi kejiwaan mereka masuk kedalam wilayah kedunguan yang akut. bahkan mereka telah mendapatkan predikat kesarjanaan serta pengakuan lainnya.

Sifatnya orang dungu, saat menilai perbuatan orang lain, dia tetap saja melakukan pendangkalan. Dia terjebak dalam ciri utama kedunguan yang sama: pendangkalan, peremehan dan labelisasi atas objek penilaiannya. Akibatnya, dia menghiasi perbuatannya supaya tampak indah sembari mengajak orang lain berbuat seperti dirinya, kemudian menjelek-jelekkan perbuatan orang lain. Orang dungu memajang karyanya sembari menginjak-injak karya orang lain; melambungkan prestasinya sembari terus menggembosi prestasi orang lain. Banyakkan .....  orang seperti ini dilingkungan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun