Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Merayakan Artikel Sejuta Klik di Kompasiana?

22 Mei 2012   01:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:59 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_178331" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi, Sumber: pokershrink.blogspot.com via http://4.bp.blogspot.com"][/caption] Apa yang patut dirayakan hari-hari ini? Konser Lady Gaga atau kedatangan Irshad Manji? Jika hal ini ditanyakan kepada pengasuh Kompasiana yang telah berjibaku mendirikan Kompasiana beberapa tahun terakhir, maka jawabannya adalah Artikel Sejuta Klik lebih mengenai peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 milik Rusia di Gunung Salak, Bogor. Tentunya setiap orang memiliki alasan merayakan sesuatu. Saya pun akan merayakan sesuatu jika sesuatu sangat layak dirayakan, misalnya jalan-jalan gratis keliling dunia ;). Namun merayakan Artikel Sejuta Klik tanpa melihat apakah artikel ini memenuhi beberapa alasan yang pantas sebenarnya menimbulkan pertanyaan. Mengapa demikian? Hampir semua anda yang membaca Artikel Sejuta Klik tersebut, pada awalnya (sebelum diedit oleh Admin Kompasiana, catat yah) tidak memiliki sumber yang jelas. Jika ada sebuah media online sebelumnya yang menjadi dasar artikel tersebut, hal itu masihlah rumor yang kemudian terbantahkan dengan adanya klarifikasi dari pihak yang dirugikan oleh artikel Sejuta Klik tersebut. Nah mengapa membanggakan artikel yang jelas-jelas sebagian besar isinya tidak sesuai kenyataan atau dalam bahasa internetnya disebut HOAX? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat ukuran kualitas artikel online. Jika buku anda laku, biasanya dihitung dengan seberapa eksemplar terjual. Di internet sesuai dengan hukum yang berlaku, artikel laku dinyatakan dengan jumlah real klik terhadap artikel tersebut. Jika kita berpegang pada jumlah klik, Artikel Sejuta Klik tersebut memang membuktikan bahwa dirinyalah yang terhebat di Kompasiana sejauh ini  (Calon tanpa Tanding Kompasianer Terkaporit 2012). Di artikel perayaan sejuta klik kemarin, admin senior kompasiana mengemukakan dua kata penting, yaitu Content dan Context. Dari penjelasan terlihat bahwa admin senior kompasiana beranggapan Artikel Sejuta Klik diklik hingga sejuta lebih karena Content. Tentunya ia memiliki alasan tersendiri. Namun jika kita telusuri baik-baik artikel sejuta klik tersebut, anggapan Content ternyata tidak benar. Kualitas artikel itu sangat payah, pada awalnya tidak memiliki sumber yang jelas dan kemudian menjadi kenyataan dengan adanya klarifikasi dari pihak Majalah Angkasa. Ini artinya artikel tersebut tidak memiliki konten yang bagus, isinya hanya hoax belaka. Terlebih kemudian, adanya klarifikasi dari Kominfo bahwa Sinya Ponsel Tidak menganggu penerbangan. Artikel Sejuta Klik tersebut laku karena Context yang tepat. Sekian banyak orang mencari-cari apa penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 dan akhirnya memperoleh artikel yang menjurus menyalahkan pihak-pihak tertentu. Artikel yang yang menunjuk hidung dan menyalahkan pihak tertentu, tentu saja akan sangat laku di saat orang mencari tahu penyebab terjadinya suatu peristiwa. Belum lagi jika kita hubungkan dengan koneksi yang kini semakin banyak, misalnya sosial media terutama Facebook dan Twitter dan dibagi ke BlackBerry Messenger. Belum lagi penulis artikel itu sendiri yang memiliki 16 akun di Kompasiana, sebuah jumlah yang aduhai banyaknya. Sekali lagi artikel tersebut bukan karena Content yang bagus, lebih kepada Context yang tepat. Jika kita dalami kontennya, artikel tersebut sangat jauh dari misi Admin Senior Kompasiana yang menekankan kemanfaatan artikel yang dipublikasikan di Kompasiana. Dengan adanya apresiasi terhadap artikel yang nyata-nyata tidak memberikan manfaat bagi pembaca kompasiana, kita bisa simpulkan sudah bergesernya konsep Kompasiana tentang sebuah artikel yang dipublikasikan di Kompasiana. Segi kemanfaatan artikel ini bisa kita tinjau dari dua segi, dari segi inner Kompasiana, yaitu terkait dengan posisi Kompasiana di Rank Alexa dan segi luar, yaitu anggota dan pembaca Kompasiana (khalayak umum). Mari kita lihat grafik berikut ini. [caption id="attachment_178328" align="aligncenter" width="600" caption="Rank Kompasiana di Alexa"]

1337649505940285151
1337649505940285151
[/caption] Artikel Sejuta Klik tersebut tidak mampu menaikkan Rank Alexa Kompasiana yang sudah setahun terakhir tidak bisa naik dari posisi 37. Tidak bisa naik artinya turun akan sangat memungkinkan, sementara untuk naik sangat sulit terjadi. Ini artinya artikel tersebut karena hanya satu artikel tidak memberi pengaruh terhadap posisi Kompasiana di Alexa. Dari segi traffic yang menuju Kompasiana dipastikan naik, baik dari mesin pencari seperti Google berikut ini. [caption id="attachment_178329" align="aligncenter" width="568" caption="Pencarian kata Kompasiana di Google Insight "]
1337650090454012912
1337650090454012912
[/caption] Namun pembaca bukanlah makhluk bodoh yang bisa dikibuli dengan artikel yang tidak jelas. Setelah masa peak, pembaca akan bisa menilai bahwa artikel Sejuta Klik tersebut hampir tidak ada manfaatnya dan hanya rumor yang tidak jelas sumbernya. Apalagi jika kita baca komentar atau tanggapan pembaca di kolom komentar, terlihat bahwa sangat banyak orang yang menyayangkan artikel tersebut dipublikasikan. Secara tidak langsung, pembaca bisa menilai bahwa kualitas konten di kompasiana cukup bisa dipertanyakan. Kejadian seperti ini bukan sekali dua kali. Tentu masih segar dalam ingatan artikel bayi yang meninggal karena tertimpa bantal saat ibunya asyik BMM-an  yang di-hybrid ke kompas.com. Ini menandakan kompasiana tidak juga belajar dan terlalu longgar kepada berita atau kejadian yang sangat sensitif. Semestinyalah kompasiana makin hari makin mengutamakan kualitas dan tidak melulu membanggakan jumlah klik sebuah artikel. Kejadian luar biasa seperti Jatuhnya Pesawat Sukhoi semestinya mendapat perhatian karena kejadian ini menyangkut banyak nyawa sehingga ketika ada artikel yang menunjuk hidung pihak tertentu yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut, pihak-pihak tersebut bisa sangat dirugikan. Tentu saja sampai sekarang dan kapanpun (kalau bukan penulisnya yang melakukan) artikel tersebut akan tetap menghiasi kompasiana, meskipun sudah cukup banyak artikel yang mempertanyakan artikel tersebut. Saya rasa berdasarkan pengalaman, artikel tersebut tidak akan dihapus, tidak dalam kondisi kompasiana yang masih saja mencari klik dan kurang memperhatikan kualitas. Nah, masihkah ada alasan bagus untuk merayakan Artikel Sejuta Klik di Kompasiana? Tentu saja masih ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun