Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Google Melacak Pengguna iPhone, Safari?

20 Februari 2012   01:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:27 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329699812912395926

[caption id="attachment_162241" align="aligncenter" width="639" caption="Google, sumber: bgr.com"][/caption] Kabar tak sedap dan mungkin bisa menjadi celah bagi penyelidikan selanjutnya oleh badan pemerhati privasi di Amerikan Serikat melanda Google. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti independen di Universitas Stanford, Google "kedapatan" melakukan tracking/pelacakan terhadap browser besutan Apple Inc., Safari. Kasus ini pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal dan menjadi topik hangat hampir di seluruh media teknologi. Wall Street Journal sebagaimana dikutip banyak media melaporkan bahwa Google Inc. dan perusahaan iklan lainnya telah mem-bypass pengaturan privasi dari jutaan orang yang menggunakan browser Apple Inc. pada iPhone dan komputer untuk men-track kebiasaan orang dalam melakukan browsing. Google menggunakan kode komputer khusus untuk mengelabui perangkat lunak  Safari yang digunakan untuk browsing internet sehingga  mereka bisa memantau banyak pengguna. Browser Safari yang paling banyak digunakan pada perangkat mobile, pada pengaturan defaultnya mampu memblokir pelacakan tersebut secara default. Google kemudian menonaktifkan kodenya setelah dihubungi oleh The Wall Street Journal. Penemuan tim independen dari Universitas Stanford ini kemudian didukung oleh Ashkan Soltani yang mengkonfirmasi bahwa 22 dari 100 situs teratas terinstall kode tracking Google ketika dilakukan tes dengan sebuah komputer dan 23 situs dari 100 situs top juga terinstall kode tracking Google ketika tes dengan menggunakan iPhone. Google dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa apa yang dikemukakan oleh Wall Street Journal tersebut sebuah  mischaracterizes. Google Menyatakan:

The Journal mischaracterizes what happened and why. We used known Safari functionality to provide features that signed-in Google users had enabled. It’s important to stress that these advertising cookies do not collect personal information.

Secara jelas Google mengatakan, meskipun ada cookie rahasia yang ditemukan terinstall di Safari maupun browser mobile yang ada di iPhone, namun Google tidak mengumpulkan informasi personal pengguna. Google mengatakan kejadian ini tidak disengaja dan cookie iklan yang menyebar di beberapa situs tersebut tanpa Google menyadarinya. Juru bicara Apple Inc. mengatakan bahwa mereka menyadari bahwa beberapa pihak ketiga menghindari fitur privasi Safari dan merekai bekerja untuk menghentikan tersebut. Dengan demikian, beberapa waktu ke depan akan ada perbaikan terhadap browser Safari. Bila kita lihat kasus tracking pengguna internet melalui browser yang digunakan bukanlah hal yang aneh. Sebenarnya bila kita awas banyak sekali kode tracking yang terinstall dalam satu halaman tertentu yang kita kunjungi. Meskipun sudah memilih untuk tidak di-track, pada kondisi tertentu tracking tersebut masih bisa dilakukan. Dalam hal ini Google melakukan suatu langkah menginstall kode tertentu di browser Safari. Secara default, browser Safari  menerima cookie hanya dari situs yang dilihat pengguna, cookie ini dapat membantu situs mempertahankan login atau informasi lainnya. Safari umumnya memblokir cookie yang datang dari tempat lain seperti jaringan iklan atau pelacak lainnya. Akan tetapi ada pengecualian untuk aturan ini, termasuk bahwa jika pengguna berinteraksi dengan iklan dengan bentuk atau cara tertentu, hal itu diperbolehkan untuk mengatur cookie bahkan jika pengguna secara teknis tidak mengunjungi situs. Kode Google ternyata memanfaatkan pengeculian ini. Menurut Wall Street Journal:

Google’s code, which was placed on certain ads that used the company’s DoubleClick ad technology and was uncovered by Stanford researcher Jonathan Mayer, took advantage of this loophole, as did the code used by the other companies. In Google’s case, the code was part of a Google feature that allows its “+1” button to be embedded in advertisements.

Google dalam pernyataannya kemudian mengatakan bahwa mereka tidak mengantisipasi hal ini terjadi dan akan menghapus cookie iklan ini segera dari browser Safari dan menekankan bahwa cookie ini, sama dengan browser lainnya tidak mengumpulkan informasi pribadi pengguna. Sumber: Wall Street Journal, Techmeme, TheNextWeb, Businessinsider

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun