Mohon tunggu...
Frida Kurniawati
Frida Kurniawati Mohon Tunggu... Mahasiswa, penulis, book reviewer -

Seorang mahasiswi (menuju) semester akhir Jurusan Teknik Fisika UGM, yang lebih suka menulis (fiksi, review, apa aja, deh) daripada bikin sensor arah angin. Tapi, dia nggak merasa salah jurusan lho.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

GMC Health Center yang (Katanya) Ramah

6 Juli 2015   17:56 Diperbarui: 6 Juli 2015   17:56 2777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, obatnya memang MAHAL sekali, dan mengantri ambil obatnya juga LAMA, tapi setidaknya saya mendapat senyum ramah dan diagnosis yang meyakinkan. Selama minum obat itu, saya sama sekali tidak bersin-bersin.

Kemudian, masalah "ramah". Saya sama sekali tidak setuju, karena menurut pengalaman saya, mereka tidak pernah ramah. Bisa jadi para civitas akademik UGM lain setuju, karena mungkin itu pas nasib mereka baik, sehingga dapat dokter jaga yang ramah.

Tadi sore saya kembali ke klinik GMC untuk meminta surat rujukan untuk kontrol (lumayan sekali, dapat diskon 75% kalau pakai surat rujukan). Nah, untuk minta surat rujukan ini harus bertemu dengan dokter dulu, yang akan membuatkannya. Begitu masuk ke ruang periksa-1 yang pintunya terbuka, saya menjumpai seorang dokter perempuan yang raut mukanya dingin. Hmm, bukannya seharusnya dokter bersikap ramah pada setiap pasiennya? Saya lalu berpikir, mungkin Mbak dokternya lagi menstruasi, atau lemes lagi puasa. Hmm, tapi itu bukan alasan untuk jadi tidak profesional, menurut saya.

"Silakan duduk," katanya, lalu melihat layar komputer yang terbenam di meja, sebelum melihat saya dan bertanya, "keluhannya apa?"

"Rhinitis," jawab saya.

Si dokter melihat saya, masih dingin, benar-benar nggak ada senyum di mukanya. "Saya tanya, keluhannya apa?" tanyanya lagi dengan nada meninggi dan sangat MENYEBALKAN.

"Alergi debu, tiap hari bersin-bersin gitu," jawab saya, mulai sebal. "Saya cuma mau ngembaliin surat rujukan--"

Si dokter menyela dengan mengambil surat rujukan balik dari saya. "Ini dikasih ke depan (maksudnya front office)." Waktu berkata begitu, nadanya ketus. Maaf sebelumnya, saya tidak mengada-ada.

Saya jadi tidak sabar. Saya ke situ cuma mau minta surat rujukan lagi, bukan mau periksa. Apa mungkin saya dikira sok pintar karena waktu ditanya keluhan, saya jawabnya rhinitis? Mungkin salah saya juga, sih, soalnya saya enggan menjelaskan panjang lebar pada si dokter yang tidak ramah itu.

"Saya mau minta surat rujukan."

"Buat apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun