Mohon tunggu...
Mas Dhenk
Mas Dhenk Mohon Tunggu... -

laki laki biasa , tinggal di magetan kota kabut dengan 3 anak

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Masih Kerja Ikut Orang? Macan!

19 Desember 2011   04:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:04 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_150415" align="aligncenter" width="500" caption="macan"][/caption] Hari Minggu kemaren, entah kemaren yang mana, saya yang biasanya nggak baca tulisan tulisan di rubrik wanita, akhirnya kok nyantol di tulisannya Samuel Mulia, yang sering memparodi di Minggu pagi. Masih kerja ikut orang? Sentilan yang membuat banyak orang akan menjawab : sinis, tenang, menjawab dengan bangga dan juga macam macam. Dan kalo pun saya ditanya hal itu akan saya jawab dengan jawaban yang terkesan tenang :). Saya sudah pensiun mengabdi ikut orang dan cek lok tiap pagi jam 8.30. Apakah saya bahagia? Tentu saja. Apakah saya sekarang banyak uang dibanding saat mengabdi ikut orang? Jawab saya : ah, sama saja. Sekarang saya jadi lebih bisa tahu diri saya sendiri, tahu bahwa klo saya nggak bergerak, maka nggak ada makanan buat saya, apalagi keluarga saya. Beda saat dulu masih ngantor yang tiap bulan akan dengan tenang mendapat uang bulanan, yang jumlahnya menyentuh 15 koma lah *). Saat ini saya malah bisa dengan bangga menyatakan bahwa saya bekerja untuk mimpi saya, mimpi yang akan saya perjuangkan sampai sekarang, yang bisa membuat banyak orang bisa tersenyum dengan menerima upah mereka dari saya tiap bulan. Apakah sekarang saya lebih santai, tidak seperti dulu saat ngantor? Tidak juga, saya malah bekerja lebih keras. Karena saya paham, semakin keras saya bekerja, saya sedang membesarkan diri saya sendiri. Bukan seperti saat saya dulu yang kadang bekerja lebih dari 8 jam, bahkan setahun pun hanya wajib pergi selama 12 hari. Saat anak sakit pun tidak bisa terus berada disampingnya, dan tentunya kembali lagi,  saya sedang bekerja untuk mimpi pribadi saya. Ibarat macan, saya punya pilihan. Menjadi macan di kebun binatang, menjadi macan sirkus atau menjadi macan di hutan. Bila menjadi macan di kebun binatang, jelas saya akan mendaatkan porsi saya seperti yang seharusnya saya dapatkan. Bila menjadi macan di sirkus, saya harus bisa membuat orang lain berdecak kagum agar saya bisa mendapat tips dan makanan yang enak. Dan akhirnya saya berminat menjadi macan di hutan. Kadang mendapatan makanan besar, kadang tak mendapat makanan sedikitpun, tetapi saya menjadi raja hutan. Dimanakah sampeyan kisanak? Masih disitu? Atau masih membanting tulang untuk mimpi orang lain? Itu juga bukan pilihan yang salah! *) setelah tanggal 15 langsung koma  :))

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun