Mohon tunggu...
Rizky Kartika
Rizky Kartika Mohon Tunggu... -

Rizky Kartika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencintai Berarti Menghormati "Being in The World" Pihak Satunya. Konsep Dasar Kemanusiaan Rollo May

1 Juni 2014   20:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:50 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Rollo may lahir pada 21 april 1909, di ada, Ohio, sebagai anak laki-laki pertama dari enam bersaudara pasangan Earl Tille May dan Matle Boughton May. Selama masa kanak-kanaknya. May menemukan kesendirian dan pelarian dari perselisihan keluarganya dengan bermain di pinggiran sungai St. Clair. Sungai tersebut menjadi temannya. Tempat tenang untunk berenang di musim panas dan berseluncur es di musim dingin. Ia mengatakan bahwa ia belajar lebih banyak dari sungai tersebut dibandingkan di sekolah Marine City (Robinowitz dkk.,1989).

Apakah eksistensialisme ? walaupun filusuf dan psikolog menginterpretasikan eksistensialisme dalam berbagai cara, terdapat beberapa kesamaan elemen yang dimiliki oleh kebanyakan pemikir eksistensialis. Pertama, eksistensi ada sebelum esensi. Eksistensi berarti untuk muncul atau untuk menjadi, esensi mengimplikasikan subtensi yang statis dan tidak dapat diubah. Kedua, eksistensialisme menentang pemisahan antara objek dan sujek. Menurut Kierkegaard manusia lebih dari sekedar bagian kecil mesin masyarakat industry, tetapi mereka bukan hhanya mahkluk berpikiran subjektif yang hidup dengan pasif melalui spekulasi dari seorang pengamat. Ketiga, manusia mencari arti dari kehidupan mereka, pertanyaan-pertanyaan penting bagi keberadaan mereka seperti, siapakah saya? Apakah hidup layak untuk dijalani? Mereka betanya walaupun tidak mereka sadari. Keempat, para eksistensialis berpendapat bahwa akhirnya, setipa manusia bertanggung jawab atas siapa dirinya dan akan menjadi apa. Kelima, para eksistensialis pada dasrnya anti teoritis. Bagi mereka teori mendehumanisasi manusia lebih jauhdan membuat mereka sebagai objek.

Konsep dasar Rollo May atas kemanusiaan ada pada konsep dasar eksistensialisme, yaitu being-in-the-world dan nonbeing. Persatuan dasar dari manusia dan lingkungannya diekspresikan dengan sebuah kata dalam bahasa Jerman, Dasein yang berarti untuk hadir disana. Oleh karena itu Dasein secara harfiah berarti untuk eksis di dunia dan umumnya ditulis sebagai being-in-the-world. Saat manusia berjuang untuk mendapatkan kekuasaan disbanding mementingkan alam, mereka mulai kehilangan kontak atas hubungan mereka dengan kehidupan alam. Saat mereka mulai bergantung pada produk dan revolusi industri, mereka menjadi semakin teralienasi dari bintang-bintang, tanah, dan laut. Alienasi adalah penyakit masa kini yang dimanifestasikan kedalam 3 area, yaitu (1) keterpisahan dari alam (2) kurangnya hubungan interpersonal yang berarti (3) keterasingan dari diri yang autentik.dengan demikian manusia mengalami 3 bentuk being-in-the-world yang terjadi bersamaan: umwelt. Lingkungan disekitar kita. Mitwelt, hubungan kita dengan orang lain; Eigenwelt,hubungan kita dengan diri sendiri. Orang yang sehat hidup dalam umwelt, mitwelt dan eigenwelt secara bersamaan. Mereka beradaptasi dengan dunia alam, berhubungan dengan orang lain sebagai manusia dan mempunyai kesadaran yang antusias atas apa arti dari semua pengalaman ini untuk mereka. (May, 1958).

Being-in-the-world membutuhan sebuah kesadaran atas diri sebagai makhluk yang hidup dan berkembang. Kesadaran ini kemudian dapat juga berakibat pada ketakutan akan ketiadaan, yaitu nonbeing atau kehampaan. Untuk memahami apakah arti untuk ada, seseorang harus memahami fakta bahwa ia mungkin tidak ada, sampai ia menjalani setiap momen dipinggiran tajam atas kemungkinan kehancuran dan tidak pernah dapat pergi dari kenyataan bahwa kematian akan tiba pada suatu momen yang tidak diketahui di masa depan (hlm.47-48)

Kematian bukan satu-satunya bentuk nonbeing, tetapi hal tersebut merupakan yang paling jelas. Hidup menjadi lebih hidup, lebih bermakna saat kita menghadapi kemungkinan kematian kita. Nonbeing kita juga dapat diekspresikan sebagai konformitas buta terhadap ekspektasi masyarakat atau sikap bermusuhan yang merusak hubungan kita dengan orang lain. Ketakutanatas kematian atau nonbeing, sering memprovokasi kita untuk hidup secara defensive dan menerima lebih sedikit dari kehidupan daripada apa yang kita dapatkan, apabila kita mengonfrontasikan masalah ketidak adaan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun