Albert Einstein merevolusi cara pandang manusia terhadap gravitasi melalui teori relativitas umum.Â
Berbeda dengan pandangan klasik Isaac Newton yang menyatakan bahwa gravitasi adalah gaya tarik-menarik antara dua benda, Einstein menunjukkan bahwa gravitasi sebenarnya adalah efek dari kelengkungan ruang dan waktu akibat keberadaan massa.
Salah satu dasar teori ini adalah prinsip kesetaraan, yang menyatakan bahwa percepatan dan gravitasi memberikan efek yang sama terhadap benda yang jatuh bebas.Â
Konsekuensi dari prinsip ini adalah bahwa gravitasi harus mampu membelokkan lintasan cahaya.Â
Einstein memprediksi bahwa cahaya yang melewati medan gravitasi yang kuat, seperti di sekitar Matahari, akan mengalami defleksi atau pembelokan.
 Menurut perhitungannya, besarnya defleksi cahaya yang melintasi tepi Matahari adalah 1,7 detik busur.
Untuk menguji prediksi ini, dilakukan pengamatan saat gerhana Matahari total pada tahun 1919.Â
Tim ekspedisi yang dipimpin oleh Arthur Eddington dikirim ke dua lokasi berbeda, yaitu Pulau Principe di lepas pantai Afrika Barat dan Amazon di Brasil.Â
Dengan menggunakan teleskop, mereka mengamati posisi bintang yang cahayanya melewati tepi Matahari selama gerhana.
 Hasilnya menunjukkan bahwa cahaya memang mengalami pembelokan sesuai dengan yang diprediksi Einstein.
Eksperimen ini membawa tiga dampak besar.Â