Mohon tunggu...
H Nana Suryana drs
H Nana Suryana drs Mohon Tunggu... Editor - Penulis Freelance pemerhati masalah sosial ekonomi

Telco Employee, Penulis freelance, fesbuker, twitter, kompasianer, Blogger http://NanaSuryana.Com...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Citra Rempah Nusantara sebagai Kekuatan Diplomasi Budaya

16 November 2021   06:53 Diperbarui: 16 November 2021   06:58 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: ebooks.gramedia.com

Bagaimana agar dalam membedah jalur rempah ini mampu pula memberikan kesejahteraan kepada lingkungan pemilik jalur dan kepada petani rempahnya sendiri? Perlukah melakukan kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, organisasi dan petani? 

Seberapa penting perlunya promosi untuk meningkatkan citra rempah Nusantara ke luar negeri? Tagline seperti apa guna mempromosikannya? Bagaimana dengan perjuangan ke UNESCO agar Jalur Rempah mendapat pengakuan sebagai Warisan Dunia? Serta harapan apa yang ingin kita raih sebagaimana yang diharapkan Presiden Joko Widodo?


Sekilas Citra Rempah Nusantara Sebagai Warisan Dunia

Jalur rempah sebagai warisan dunia, barangkali mulai terlupakan seiring memudarnya citra rempah Nusantara. Untuk menghidupkan kembali nostalgianya, tidak terlepas dari bagaimana untuk membangun kembali citranya. Mengapa citranya juga perlu direvitalisasi? Tak hanya menyoal produksi rempah Indonesia mulai menurun. Juga, kualitasnya pun mulai memburuk. Sialnya, para petani rempah mulai enggan bercocok tanam. Biang keladinya adalah faktor kemalasan.

Alamaak!! Apakah tradisi budaya pada titik-titik jalur rempah seperti inikah yang ditinggalkan nenek moyang kita dahulu?

Mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (2017) menegaskan, permasalahan rempah di Indonesia karena petaninya malas bercocok tanam. Akibatnya rempah-rempah dari Indonesia tak lagi berjaya. Warga Maluku, misalnya, ketika musim hujan lebih suka mengurung dibalik sarung. Padahal, mestinya, bekerja untuk menghasilkan rempah.

Rempah asal Indonesia memang pernah menjadi komoditas primadona yang diperdagangkan secara global di masa lampau. Namun saat ini, tengah dibayangi berbagai masalah. Mulai dari kesejahteraan petani kurang terjamin. Perubahan iklim tidak menentu. Sampai pada tata-kelola dan perdagangan yang dinilai kacau balau. Wajar, jika citra rempah Nusantara memudar, kalau tak mau dibilang mulai terpuruk.

Menurut Ketua Sustainable Spices Initiative (SSI) Indonesia, Naloanro Simanjuntak, dalam acara peluncuran SSI Indonesia yang diadakan secara daring, Kamis (29/4/2021), memaparkan permasalahan produktivitas rempah di dalam negeri di antaranya adalah kurangnya fasilitas dan alat untuk bertani yang lebih baik, adanya hama dan penyakit, dampak akibat perubahan iklim, serta pengetahuan petani yang minim tentang praktik budidaya rempah yang baik, hingga berkurangnya jumlah petani karena profesi ini belum bisa menunjang kesejahteraan yang lebih baik.

Lagi-lagi, alamaak!! Bagaimana mungkin kita akan menghidupkan kembali nostalgia masa silam dengan melestarikan kenangan jalur-jalur rempah sebagai warisan budaya, apabila kondisi atau citra rempah Nusantara sendiri yang mulai acak-kadut seperti ini?

Bahkan, Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia Gamal Nasir mengakui, kualitas produk rempah Indonesia yang memburuk menjadi penyebab utama penurunan ekspor dalam dua tahun terakhir. Meski peremajaan tanaman rempah telah didorong oleh pemerintah sejak 2017, namun prosesnya masih berjalan lambat hingga saat ini.

Petani masih kesulitan mendapatkan benih baru. Ironisnya, kata Gamal Nasir, banyak petani rempah, ketika panen, tidak terlalu peduli dengan kualitas produknya. Hasilnya bisa ditebak, rempah Indonesia sering mendapatkan penolakan dari negara tujuan, terutama Eropa. Aduh-aduh, bagaimana ini!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun