Mohon tunggu...
Darman Eka Saputra
Darman Eka Saputra Mohon Tunggu... Guru SDN Sukaresmi Cikalongkulon

Guru SD, petani, belajar menulis, tinggal di lereng Sanggabuana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lidah Sunda di Tengah Hiruk Pikuk Jakarta: Sajian Tradisional yang Tak Lekang Waktu

24 Agustus 2025   17:21 Diperbarui: 25 Agustus 2025   12:35 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu resto masakan Sunda di Puri Indah Jakarta Barat (foto : dok pribadi) 

Lidah Sunda di Tengah Hiruk Pikuk Jakarta: Sajian Tradisional yang Tak Lekang Waktu

Jakarta selalu identik dengan kota metropolitan yang sibuk, panas, macet, dan penuh hiruk pikuk aktivitas. Namun, di balik gemerlap gedung pencakar langit dan ritme kehidupan yang serba cepat, ternyata ada ruang kecil untuk bernostalgia. Ruang itu hadir dalam bentuk warung, rumah makan sederhana, hingga restoran yang menyajikan kuliner khas Sunda---sebuah pengingat akan akar tradisi yang tak lekang oleh waktu.

Rindu yang Terobati di Meja Makan

Masakan Sunda dengan segala cita rasanya, tersedia mulai dari pepes peda sampai sayur asam (foto: sok pribadi) 
Masakan Sunda dengan segala cita rasanya, tersedia mulai dari pepes peda sampai sayur asam (foto: sok pribadi) 

Bagi banyak orang Sunda yang merantau ke Jakarta, lidah sering kali merindukan sesuatu yang sederhana: nasi hangat, lalapan segar, sambal pedas, dan gurih pepes. Aroma khas dari masakan Sunda mampu menghadirkan kehangatan kampung halaman, meski kita sedang duduk di kursi plastik sebuah warung di sudut jalan ibu kota.

Saya sendiri merasakannya ketika suatu siang mampir ke sebuah rumah makan Sunda sederhana di bilangan Jakarta Selatan. Di sana, meja kayu panjang dipenuhi menu yang akrab di lidah: karedok dengan kacang tanah tumbuk yang harum, pepes peda dengan aroma daun pisang yang menggoda, serta sambal goang yang menyengat hidung sekaligus membakar lidah.

Kesegaran yang Menjadi Identitas

(Foto: dok pribadi) 
(Foto: dok pribadi) 

Keunikan kuliner Sunda ada pada kesegarannya. Sayuran mentah dalam karedok---kol, kacang panjang, timun, dan taoge---bukan sekadar makanan, melainkan pernyataan budaya: kesederhanaan, keseimbangan, dan kembali pada alam. Di tengah kota yang sibuk, menyuap karedok terasa seperti meneguk udara segar dari sawah di kampung.

Lalapan segar dengan sambal goang juga menghadirkan sensasi yang sulit ditiru kuliner lain. Pedasnya sambal bukan sekadar rasa, tetapi juga energi yang membangkitkan semangat setelah lelah menghadapi kemacetan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun