Mohon tunggu...
Khussy
Khussy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

tidak ada yang kebetulan di dunia ini. semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Mereka Ramai-ramai Minta Dimiskinkan

6 Maret 2012   07:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Teringat lagu dari Koes Plus, tanah kita ini tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Bahkan kail dan jala bisa menghidupi kita. Tapi mengapa masih banyak rakyat yang kesulitan dan hidup di bawah garis kemiskinan? Bahkan ada yang membuat miris di hati, di mana orang-orang ramai minta dimiskinkan. Ada apa ini?

Hal ini saya temui di tempat saya tinggal sekarang. Pemerintah kota memberi fasilitas bahkan menganak-emaskan keluarga miskin. Segala sesuatu diprioritaskan. Mulai dari anak-anak mereka mendapatkan bantuan pendidikan tiap semester sekali dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi. Jika sekolah di sekolah swasta maka akan mendapatkan bantuan lebih. Yang pasti selain itu juga ada program bedah rumah bagi mereka. Agar bisa hidup layak. Jaminan kesehatan dan lain-lain.

Anak-anak dari keluarga miskin ini mendapatkan hak spesial untuk masuk ke sekolah mana pun di penjuru kota. Sekolah tidak boleh menolak pendaftar dari keluarga ini. Hal inilah yang kemudian secara tidak langsung menjadi bumerang bagi pemerintah kota. Niat pemerintah yang tadinya baik, akhirnya disalahgunakan oleh orang-orang yang mencari keuntungan sendiri. Bahkan menghalalkan segala cara agar bisa masuk dalam pemetaan keluarga miskin.

Setiap semester, bantuan bagi anak-anak sekolah diberikan oleh pemerintah melalui kantor pos. Dari sinilah akhirnya banyak orang yang merasa data miliknya tidak tepat, melapor ke tempat saya bekerja. Dari penampilan dan bahasa tubuh pasti kelihatan, mana yang benar-benar orang yang membutuhkan bantuan dan mana yang hanya mencari keuntungan sendiri.

Ada yang sudah renta, mengurus bantuan untuk cucunya. Tetapi ada juga yang datang seperti toko mas berjalan, rambut merah karena semir serta menenteng smartphone, datang marah-marah karena nama anaknya tidak ada di kantor pos padahal mempunyai kartu identitas keluarga miskin. Dengan bangganya dia bilang bahwa dia miskin. Apa tidak malu ya? Saat dia teriak-teriak, disampingnya ada ibu tua renta dengan penampilan sangat lusuh.  Kami hanya bisa geleng-geleng kepala dan mengelus dada.

Ada kejadian yang membuat miris, entah saya sedih atau nelangsa. Ketika berbincang dengan beberapa dengan mereka. Ketika ada salah satu nama anaknya tidak ada di kantor pos dan harus meminta surat keterangan dari kantor kami supaya mendapatkan bantuan. Maklum baru saja ada pendataan kembali keluaga miskin. Jadi kami harus benar-benar hati-hati mengeluarkan surat keterangan. Ketika ditanya, apa tahun ini ibu ikut foto dan pendataan di kantor catatan sipil serta terdaftar sebagai keluarga miskin, si ibu menjawab "alhamdulillah, tahun ini kami masih diakui sebagai keluarga miskin".


Jawaban itu bagai sebuah tamparan keras bagi saya. Ketika seseorang bersyukur karena dia masih diakui sebagai keluarga miskin. Mungkin karena dengan menjadi miskin atau terdaftar sebagai warga miskin, maka bantuan dan segala fasilitas istimewa didapatkan.

Lain lagi jawaban dari si ibu toko emas berjalan. Ketika ditanya apakah ibu ikut pendataan tahun ini, dia jawabannya lain. "Sebenarnya kalau untuk makan sehari-hari saja saya kuat biayainnya mbak, tapi untuk anak sekolah itu berat. Apalagi kalau masuk gakin kan bisa masuk ke sekolah mana saja! Walau nilai jelek pasti diterima, mbak!" Ini yang saya tidak setuju bu, kata saya dalam hati. Harusnya walaupun gakin tetap harus punya daya saing. Belajar giat. Bukannya ongkang-ongkang kaki dan seenaknya saja. Toh walaupun tidak belajar, nanti ada jaminan sekolah yang jelas. Pantas saja sekolah pada protes ketika anak-anak dari keluarga miskin akan didistribusikan langsung ke sekolah-sekolah yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Tentu saja mempertimbangkan minat juga jika akan melanjutkan ke sekolah tingkat SLTA.

Pertanda apakah ini? Ketika orang-orang ramai-ramai minta dimiskinkan.

06032012

#ditulis di sela-sela jam istirahat yang telat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun