Mohon tunggu...
khusnul ashar
khusnul ashar Mohon Tunggu... Editor - ordinary people

Lahir di Lamongan, sekarang tinggal di Malang

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kisah Anak yang Marah

6 November 2021   05:20 Diperbarui: 6 November 2021   05:21 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada seorang anak kecil yang mempunyai temperamen sangat buruk, mudah marah. Ayahnya kemudian memberinya sekantong paku dan berkata bahwa setiap kali anak itu kehilangan kesabaran dan marah, dia harus menancapkan sebatang paku ke pagar.

Pada hari pertama, anak laki-laki itu menancapkan 37 paku ke pagar tersebut.

Bocah itu secara bertahap mulai mengendalikan emosinya selama beberapa minggu berikutnya, dan jumlah paku yang dia tancapkan ke pagar berangsur-angsur berkurang.

Dia mendapati bahwa lebih mudah mengendalikan amarahnya daripada harus selalu menancapkan paku-paku itu ke pagar.

Akhirnya, hari itu tiba ketika bocah itu tidak kehilangan kesabaran sama sekali. Dia memberi tahu ayahnya berita itu dan sang ayah menyuruh agar anak laki-laki itu sekarang mencabut paku setiap kali dia mengendalikan emosinya.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya melapor ke  ayahnya bahwa semua paku telah dicabut. Sang ayah kemudian menggandeng tangan putranya dan membawanya ke pagar.

 

"Kamu telah melakukannya dengan baik, anakku, tetapi lihatlah lubang-lubang di pagar itu. Pagar tidak akan pernah sama. Ketika engkau melontarkan ucapan dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas luka di hati orang lain seperti ini. Kau bisa saja menusukkan pisau pada seseorang dan kemudian mencabutnya. Tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, bekas lukanya tidak akan hilang."

 

Pesan moral dalam cerita:

Kendalikan emosi anda. Jangan lontarkan kata-kata apapun saat marah, yang mungkin akan anda sesali di kemudian hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun