Mohon tunggu...
khusnul afifah
khusnul afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PBSI UIN Jakarta

Hobi saya yaitu mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pojok Danarto: Mereview Cerpen Dinding Waktu Karya Danarto

30 Oktober 2023   17:33 Diperbarui: 30 Oktober 2023   17:57 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Khusnul Afifah

 

Pada Tanggal 20 sampai 28 oktober telah dilakasanakan Acara Pekan Kebudayaan Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoseia yang bertema "Resonansi budaya Islam : Dari Ciputat untuk Dunia"

 Pekan Kebudayaan Nasional atau yang sering dikenal dengan singkatan PKN merupakan   agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada acara PKN yang diselenggarakan di UIN Syarif, Mahasiswa PBSI mengkolaborasi PKN dengan pojok danarto yang bertajuk Taman Bacaan Danarto.

Taman Bacaan Danarto ini Merupakan Suatu Kegiatan yang dibentuk oleh Komunitas Danarto yang Bekerja Sama dengan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Di Taman Bacaan Danarto banyak sekali Novel, Naskah, dan Cerpen Karya Danarto.salah satunya yaitu cerpen tentang "Dinding Waktu" yang diterbitkan pertama kali pada 21 januari 1990.  Mulai dengan cerpen yang mengisahkan yang mengisahkan tentang taruhan yang dilakukan oleh para penonton perang untuk menjagoi tentara pilihan mereka. Mulai dari para pedagang, pengusaha, konglomerat, para pangeran, raja, bahkan ratu. Dalam cerpen ini juga mengisahkan tentang suasana perang kala itu, kericuhan serta kondisi di mana beberapa wartawan serta penonton perang turut melihat langsung perang itu dari dekat. Di mana pada suatu ketika para wartawan mulai mewawancarai sebuah batu yang bisa berbicara. Yang mana batu itu ialah titisan seorang ibu yang sudah tidak mampu menahan sedih akibat ditinggalkan oleh anak-anaknya yang gugur dalam perang. Yang disusul dengan keinginan para wartawan untuk juga dijelmakan menjadi batu.


Menurut Penulis Kelebihan Cerpen ini adalah penggambaran suasananya yang cukup detail meski dengan penjelasan yang singkat. Danarto juga berhasil membuat cerpen dengan isi dan pembawaan yang unik yang jarang ditemui pada karya cerpen penulis lain. Meski demikian penulis merasa masih terdapat kekurangan dalam cerpen tersebut. Salah satunya adalah deskripsi pada awal cerita yang dibuat terlalu panjang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun