Demikian terkadang yang terbersit dalam pikiran saya. Maaf jadi berprasangka buruk pada orang lain ya.
Saya mencoba menelisik lagi, mengingat-ingat menu makanan dan minuman si kecil beberapa hari ke belakang. Benar saja, saya menemukan pemicu batuk dan pilek yang tiba-tiba dialami olehnya. Tiga hari yang lalu, saya memberikan camilan si kecil yaitu dua lembar roti tawar isi cokelat dan meses serta susu kotak rasa cokelat di luar waktu makan utamanya. Di hari berikutnya, saya juga membawakan roti dan susu tersebut sebagai bekal sekolahnya. Sore harinya, di rumah juga si kecil ngemil roti tawar isi cokelat karena masih ada stok jadi biar sekalian habis pikir saya.
Tibalah malam harinya, di tengah malam, si kecil batuk tiada henti dan tiba-tiba hidungnya mampet seperti menyimpan ingus yang banyak. Padahal di malam-malam sebelumnya si kecil tidur nyenyak tanpa disertai batuk.Â
Langkah pertama saya mematikan pendingin ruangan terlebih dahulu karena bisa jadi si kecil kedinginan. Lalu, saya oleskan minyak kayu putih ke bagian perut, punggung dan tengkuk lehernya dengan pijatan ringan. Alhasil, beberapa saat kemudian si kecil dapat kembali tidur lagi meski sesekali batuk disertai nafas yang "agak berat" karena hidungnya mampet.
Terakhir kali saya periksakan si kecil ke dokter karena batuk dan pilek sekitar satu bulan yang lalu kemudian sembuh dalam waktu sepekan. Nah, ini tiba-tiba batuk lagi. Padahal makanan dan minuman yang si kecil konsumsi tidak ada yang "aneh-aneh" selain yang saya sebutkan tadi. Apalagi hampir 90% menu makanan utamanya adalah masakan saya sendiri. Itu menurut saya.
Saya dan ayah si kecil belum memutuskan untuk memeriksakan si kecil ke dokter lagi. Sambil kami pantau perkembangannya, saya mencoba berselancar di internet dan media sosial untuk mencari tahu penyebab batuk dan pilek si kecil.Â
Akhirnya, saya menemukan sebuah postingan pada akun media sosial milik seorang dokter spesialis anak yang membahas tentang penyebab seringnya batuk dan pilek terjadi pada anak. Bahkan saya menemukan sebuah istilah baru yang sebenarnya nama lainnya tidak asing di telinga saya yaitu tonsilitis atau radang amandel. Jadi teringat saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar pernah mengalami radang amandel beruntung tidak sampai berujung operasi.
Saya bertanya dalam hati, apa jangan-jangan anak saya juga terkena radang?
Saya selalu mengajarkan dan membiasakan si kecil memberi tahu kedua orangtuanya jikalau ada yang dirasa sakit misalnya waktu pagi hari saat saya menemani si kecil Buang Air Besar (BAB), dia mengatakan jika perutnya agak sakit padahal kan sudah BAB. Oh, ternyata perut si kecil memang sedang kurang nyaman.
Sama halnya dengan kondisinya saat batuk, saya memastikan kondisinya apakah tenggorokannya sakit atau tidak, atau sekadar bertanya mana bagian yang sakit. Hal tersebut sangat membantu saya sebagai orang tua saat kondisi anak tiba-tiba tidak seperti biasanya.
Lalu, apa hubungan batuk dan pilek dengan tonsilitis?