Rasa takut wajar menghampiri anak-anak. Anak-anak biasanya memiliki ketakutan pada suara keras contohnya halilintar, orang asing, kegelapan, monster, ketinggian, dan lain sebagainya. Penyebab rasa takut pun beragam, misalnya anak pernah mengalami trauma pada kejadian tertentu sehingga muncul rasa takut dalam dirinya. Namun, ketakutan yang berlarut-larut pada satu hal atau kejadian yang sama dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.
Salah satu ketakutan yang penulis akan bahas dalam tulisan ini adalah ketakutan anak pada ketinggian.
Anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada anak yang tipikal super aktif didukung dengan keberaniannya. Ada pula anak yang mudah cemas semisal penuh pertimbangan kalau bermain pada ketinggian hingga berakhir pada rasa takut untuk mencoba. Padahal hampir di setiap children playground atau di sekolah taman kanak-kanak (TK) terdapat perosotan dengan berbagai ketinggian.
Sebagai orang tua, tidak lantas menyalahkan anaknya, justru harus mengarahkannya. Orang tua juga sebaiknya tidak langsung melabeli anaknya penakut. Juga sebagai orang tua tidak langsung buru-buru mencarikan terapi/konsultasi ke psikolog atau psikiater untuk anaknya. Oleh karena itu, pentingnya orang tua mengetahui pencetus dan pemicu ketakutan anak pada ketinggian untuk dicari solusinya.
Berdasarkan jenis ketakutannya, takut pada ketinggian termasuk dalam jenis fobia spesifik. Fobia spesifik adalah ketakutan terhadap objek, hewan, situasi, atau aktivitas yang spesifik. Fobia ini biasanya muncul pada masa anak-anak.
Beberapa kejadian fobia spesifik yang pernah penulis temui, yaitu (1) anak takut naik eskalator dengan kecepatan lebih cepat, (2) anak takut naik panggung dengan ketinggian panggung kurang dari 1 meter, (3) anak takut berdiri di atas bangku taman, (4) anak takut naik perosotan tinggi, (5) anak takut berada pada bidang miring pada ketinggian tertentu, (6) anak tidak berani memanjat wahana speed climbing, dan masih banyak lagi.
Ketakutan yang anak rasakan jangan sampai dibiarkan berlama-lama karena akan memengaruhi tumbuh kembang bahkan gangguan mental anak. Sebagai orang tua, berikut beberapa cara agar anak tidak takut pada ketinggian, yaitu :
1. Validasi perasaan anak
Jika anak yang awalnya tidak takut pada ketinggian namun tiba-tiba takut pada momen tertentu, di sinilah pentingnya peran orang tua untuk menanyakan hal apa yang sedang terjadi dan dirasakan oleh sang anak. Contoh pertanyaannya seperti : kenapa kakak tiba-tiba tidak mau naik perosotan? Kenapa kakak tiba-tiba takut? Kakak ingin main yang lain ya?
Pertanyaan tersebut akan menjembatani penyebab rasa takut itu berasal sehingga orang tua bisa mencari solusinya.