Mohon tunggu...
Khusnul Zaini
Khusnul Zaini Mohon Tunggu... Pengacara - Libero Zona Mista

Menulis Semata Mencerahkan dan Melawan ....!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelisik "Narasi Hegelian" Rocky Gerung Usungan Capres Anies Baswedan

11 November 2022   16:02 Diperbarui: 11 November 2022   16:07 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semakin banyak munculnya kontroversi pemikiran dari kalangan pubik secara luas, setidaknya proses pendidikan politik rakyat antar kelompok berbagai level pendidikan maupun level floating mass bisa terjadi secara massif melalui lontaran narasi-narasi yang bisa memicu perdebatan. Target dan harapannya sangat jelas, setidaknya ingin menakar kadar intelektualitas warga bangsa ini untuk siap tidaknya menjalankan system domokrasi dan praktik politik yang bersih, cerdas, etis dan beradab untuk perkembangan dan masa depan negara-bangsa Indonesia kedepan.

Selain itu, Rocky Gerung diduga juga sedang memaksakan keyakinan intelektual-politisnya dengan menyodorkan calon yang berpotensi mengundang kontroversi kalangan public dan kelompok politik tertentu yang diduga untuk dua hal, pertama, menjegal calon yang merepresentasikan kelompok Oligark usulan Partai Demokrat, dan kedua menjegal kelompok politik identitas usulan Partai Keadilan Sejahtera.

Simulasi politiknya jika kemudian benar kandidat presiden dimenangkan partai pengusung "minim politik uang" tetapi parlemen dikuasai partai pengusung kandidat yang kalah, diprediksi akan terjadi dis-harmoni politik hingga berpengaruh ketidakseimbangan dalam praktik ketatanegaraan. Fenomena dis-harmoni kuasa eksekutif-legislative tentu akan mengorbankan posisi rakyat sebagai pelaksana sekaligus pelaku kebijakan politik pemerintah penguasa.

Jika tidak dicermati dengan kritis kemana arah pemikiran dan ajakan Rocky Gerung ini, pada saatnya akan memanen masalah dengan kemungkinan "membenturkan histeria massif massa pendukung fanatik" yang sudah terdegradasi kepercayaannya kepada rezim penguasa Jokowi terhadap "usungan calon Presiden partai Nasdem" dengan pihak pemerintah khususnya lembaga KPK yang sedang bekerja secara profesional menangani "kasus balap mobil formula E" yang sedang dalam tahap penyelidikan secara intensif.

Sebagaimana pemberitaan media massa maupun media social yang beredar sebelumnya, keberadaan status Anies Baswedan menurut penjelasan Prof. Romli Soal Adanya Mens Rea dalam Penyelenggaraan Formula E patut menjadi pertimbangan politik tersendiri bagi public secara luas.

Silang pendapat antara pakar hukum Universitas Padjajaran (Unpad) Profesor Romli Atmasasmita dengan pakar hukum Supardi Ahmad soal ada-tidaknya mens rea atau niat jahat sebagai unsur tidak pidana dugaan korupsi terkait penyelenggaraan Formula E oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), bisa dijadikan pertimbangan politik tersendiri. Penyelidik KPK kemungkinan akan menjadikan mens rea, selain kerugian negara (jika ada) sebagai dasar pertimbangan sebelum memutuskan apakah status penyelidikan bisa dinaikkan ke penyidikan.

Jika perihal diatas terbukti, diprediksi potensi munculnya gelombang demonstrasi massa besar-besaran dengan menggunakan narasi "stigma kriminalisasi usungan kandidat presiden 2024 Anies Baswedan" dari para simpatisannya yang sudah terlanjur percaya dan meyakini bakal menang dalam kontestasi Pilpres 2024 dari para simpatisannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bakal tidak terbendung lagi.

Bahkan untuk semakin meyakinkan gelombang massa demonstrasi menjadi besar dan meluas, upaya narasi framing yang disematkan kepada sosok Anies Baswedan dekat dengan barisan kelompok identitas yang dipandang radikal dan atau intoleran selama berkampanye menjadi Gubernur DKI Jakarta, maupun selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, seluruh potret masa lalunya itu akan dimainkan para lawan politiknya untuk memojokkan beliau dengan stigma bagian dari kelompok Islam garis keras atau politik identitas.

Bisa jadi kegagalan Partai Nasdem mengajak Partai Demokrat dan PKS Deklarasi Koalisi 10 November 2022 menjadi sinyal bahwa blunder politik yang dilakukan Partai Nasdem mendekati kebenarannya. Situasi politik anggota koalisi partai yang mengusung Anies Baswedan bahkan dimaknai "Bandar Belum Deal" sebagaimana yang dikatakan Fahri Hamzah mantan politisi PKS.

Meneropong gegap gempitanya massa pendukung usungan calon presiden yang sudah Nampak geliatnya saat ini, setidaknya mengambarkan antusiasme warga bangsa yang ingin berpatisipasi dalam gelaran pesta demokrasi 2024 nanti. Fenomena potret social ini semoga bisa memantik sikap nasionalisme warga bangsa sehingga merasa bangga dan bertanggung jawab tehadap masa depan bangsa ini menjadi negara yang berdaulat dan berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Salam Menyambut Pesta Demokrasi 2024.

Bahan bacaan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun