Mohon tunggu...
Khusnul Zaini
Khusnul Zaini Mohon Tunggu... Pengacara - Libero Zona Mista

Menulis Semata Mencerahkan dan Melawan ....!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tafsir Kartu Mati Amien Rais dan Stigma Politik PAN

19 Mei 2020   21:39 Diperbarui: 19 Mei 2020   22:03 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibarat main domino, kartu mati itu bernama Amien Rais. Kalah dalam bermain menjadi keniscayaan politik. Apakah menyesal, tentu tidak, karena permainan masih berlangsung terus, hingga batas terakhirnya ditentukan juri dalam perlombaan.

Siapa juri perlombaan itu? Dia bernama Komisi Pemilian Umum (KPU), konstituen politik pemilih calon legislative PAN atau partai baru yang terbentuk nanti, dan lembaga Legislatif yang menyediakan kursi politisi terpilih dalam gelaran pesta demokrasi lima tahunan itu.

Kekalahan politis Amien Rais dalam kongres PAN di Kendari beberapa bulan lalu, masih tercium aromanya hingga dampak dari jenis makanan itu. Wacana pembentukan partai baru, gugatan pelaksanaan kongres, hingga keluarnya anak Amies Rais sebagai anggota DPR RI yang sudah diraihnya dengan modal uang, mental dan pikiran, serta harga diri intelektualnya.

Sangat menarik mencermati pendapat pengamat politik Cecep Hidayat, dosen Universitas Indonesia mengatakan, para loyalis Amien Rais perlu membangun mesin partai yang cepat dalam waktu dua tahun. Baru tahun 2023 itu digunakan untuk konsolidasi dan kampanye.

"Dia harus memastikan mempunyai basis tradisional. Kalau enggak punya, partai akan sulit memperoleh basis massa. Basis massa apa? Apakah sebagian Muhammadiyah, Islam modernis, atau katanya Alumni 212. Pemetaan pendukungnya harus jelas," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (18/5/2020).

Sejarah memang mencatat, Amien Rais sebagai pendiri dan “merasa” pemilik saham terbesar PAN. Cilakanya, beliau lupa dengan konsekwensi sebuah demokrasi yang sudah beliau pahami dan ajarkan, hingga sangat percaya diri bisa selamanya mengontrol dan mengendalikan PAN, yang mendeklarasikan sebagai partai terbuka dan modern.

Partai yg didirikan itu, cenderung merosot perolehan suaranya di tingkatan DPR RI. Bisa jadi, penyebabnya karena gaya kepemimpinan para elite pimpinan Partai Amanat Nasioanl (PAN) yang praktinya berlangsung dengan cara-cara feodal.

Meski Amien rais sebagai pendiri yang meski tidak menduduki tampuk pimpinan tertinggi partai, tetapi pengaruhnya sangat besar dalam mementukan arah gerakan PAN, hingga memainkan gerakan politiknya di internal pengurus maupun konstituen partai.

Ketika Amien rais melakukan komunikasi politik dengan konstituen partai maupun kepada publik lintas kelompok, tafsirnya juga cenderung menggunakan narasi-narasi politik yang bisa bermakna dan berdampak secara paradoksal.

Satu sisi, manfaat komunikasi politiknya bisa memberikan pendidikan politik hingga publik menjadi kritis dalam menanggapi dan mensikapi kebijakan politik pemerintah. Akan tetapi, disisi lain konsekwensi dari narasi-narasi itu bisa menumbuhkan sentimen politik antar kelompok masyarakat, maupun antara publik dengan pemerintah penguasa.

Proses pendidikan politik kepada publik sedemikian ini, berpotensi menumbuhkan pemikiran dan sikap serta tindakan perlawanan kepada pemerintah dengan cara berfikir instan tanpa data yang akurat dan hasil analisisnya yang berbasis penelitian lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun