Artinya:"Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir: istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua hamba yang saleh, namun mereka berkhianat kepada suaminya dan tidak dapat diselamatkan dari azab Allah. Dikatakan kepada keduanya: 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk ke dalamnya.'" (QS. At-Tahrim: 10)
Menurut tafsir al-Munir, pengkhianatan yang dimaksud bukanlah perzinaan, melainkan pengingkaran terhadap ajaran dan dakwah suaminya. Meski memiliki pasangan yang saleh, bahkan nabi sekalipun, iman tetap menjadi tanggung jawab masing-masing individu. Dalam kehidupan masa kini, banyak perempuan yang terjebak dalam relasi rumah tangga yang tidak sehat, bahkan berlawanan dengan nilai-nilai agama. Ayat ini menegaskan bahwa perempuan memiliki hak dan kewajiban untuk menjaga keimanannya, bahkan jika harus berseberangan dengan pasangan dalam perkara yang haq dan batil.
3. Maryam binti 'Imran: Keteguhan di Tengah Fitnah Sosial
Sosok Maryam adalah teladan perempuan suci yang paling agung dalam Al-Qur'an. Dalam Q.S. Ali Imran: 42--43 Allah berfirman:
"وَإِذْ قَالَتِ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ يَـٰمَرْيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصْطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلْعَـٰلَمِينَ * يَـٰمَرْيَمُ ٱقْنُتِى لِرَبِّكِ وَٱسْجُدِى وَٱرْكَعِى مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ"
Artinya:"Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu dan menyucikanmu serta melebihkanmu di atas seluruh perempuan di alam semesta. Wahai Maryam, taatilah Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk." (QS. Ali Imran: 42--43)
Maryam menjadi simbol keteguhan iman dan kesucian diri, terutama ketika ia mengandung tanpa suami, sebuah situasi yang membuatnya menghadapi stigma sosial yang amat berat. Namun, ia memilih diam, berserah, dan tetap menjaga kesucian lahir dan batin. Tafsir al-Munir menekankan bahwa Maryam bukan hanya suci secara jasmani, tetapi juga ruhani, dengan totalitas ibadah dan keikhlasan yang tinggi. Di tengah tekanan sosial terhadap perempuan zaman kini entah soal fisik, status pernikahan, atau karier Maryam adalah teladan bahwa harga diri perempuan tidak ditentukan oleh opini publik, tetapi oleh kualitas hubungannya dengan Allah SWT.
4. Asiyah binti Muzahim: Iman di Tengah Kekuasaan Zalim
Asiyah adalah istri Fir'aun, seorang tiran besar, namun tetap memilih menjadi hamba Allah yang taat. Doanya diabadikan dalam Q.S. At-Tahrim: 11:
"وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًۭا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱمْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًۭا فِى ٱلْجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ"
Artinya :"Dan Allah menjadikan istri Fir'aun sebagai teladan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya serta dari kaum yang zalim.'" (QS. At-Tahrim: 11)