Masak kangkung enaknya pakai kompor gas, bersama dukung anak raih pendidikan berkualitas. Tambah terasi jadikan satu diaduk semua, aspirasi pendidikan bermutu untuk semua.
HAMPIR dapat dipastikan tanpa perlu disurvei mahal-mahal, anak-anak Generasi Z adalah generasi yang paling paham soal kesehatan mental dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
Tanpa perlu menyandang gelar pendidikan di fakultas psikologi, mereka tahu beragam istilah di ranah kesehatan mental. Salah satunya, tanpa perlu berlama-lama, mereka siap menjelaskan apa itu NPD.
Buat generasi-generasi yang lebih dulu hadir di bumi sebelum Gen Z dan belum tahu, NPD adalah singkatan dari Narcissistic Personality Disorder, yakni gangguan kepribadian narsistik.
Penjelasan populer untuk seseorang yang mengalami sindroma NPD adalah seseorang yang merasa dirinya itu penting secara berlebihan. Dia butuh untuk terus-menerus dikagumi orang lain.
Namun, ada penjelasan lain yang unik berkenaan dengan seseorang yang berkawan karib dengan NPD, yakni seseorang yang merasa dirinya adalah titik pusat alam semesta.
Manusia Mencari Pusat Semesta
Jika kita menelusuri diksi dua kata "pusat semesta" ini, jangan terkejut bila sudah menjadi pergulatan umat manusia  sejak berabad-abad lampau.
Ketika Copernicus masih entah di mana, dalam jumlah dominan manusia percaya bahwa bumi merupakan pusat alam semesta. Semua yang berada di langit, mengitarinya.
Teori ini berasal dari Ptolemaeus dan disebut sebagai teori geosentris. Claudius Ptolemaeus tak lain adalah seorang pakar astronomi, geografi, dan matematika Yunani-Romawi.
Nicolaus Copernicus kemudian membantahnya. Pakar astronomi, matematika, dan dokter dari Polandia ini mengusung teori heliosentris. Menurutnya, mataharilah yang menjadi pusat tata surya.