Kemudian disusul era ketiga, yakni hadirnya DC Extended Universe (DCEU). Dan sekarang (2025) memasuki era keempat ketika karakter Superman berada dalam genggaman tangan sutradara James Gunn.
Pada era Christopher Reeve sempat hadir empat film yang melibatkan sutradara Richard Donner, Richard Lester, dan Sidney J. Furie. Rincian tiga film lainnya selain yang disebutkan di atas adalah Superman II (1980), Superman III (1983), dan Superman IV: The Quest for Peace (1987).
Di tangan sutradara Bryan Singer hanya ada satu film reboot, yakni Superman Returns (2006). Di film ini Brandon Routh "menggantikan" posisi Christopher Reeve sebagai sang metahuman.
Masa bergulir, datanglah kreasi sutradara Zack Snyder. Lewat penyutradaraannya, lahirlah film Man of Steel (2013) dalam lingkar DC Extended Universe (DCEU). Di film reboot dan langkah awal dari DCEU ini, Superman diperankan oleh Henry Cavill.
Hari ini, film Superman (2025) menjadi yang terbaru. Film yang tokoh Superman-nya diperankan oleh David Corenswet ini, melengkapi koleksi film layar lebar Superman menjadi total berjumlah tujuh.
Film Superman, Krisis Akamsi, dan Lain-Lain yang Menyertai
FILM Superman (2025) era James Gunn ini terasa berbeda secara signifikan. Tentu koreografi perkelahiannya selalu mencari format yang terbaik. Begitu juga dengan intensitas perkelahian Superman dan musuh-musuhnya.
Mengenai berbagai scene bak-bik-buk ini, paling terasa ketika Anda memilih menontonnya di kursi 4DX. Saya terguncang-guncang saat menyaksikan film ini di hari H-1 penayangan resmi di Indonesia, saat CGV di Yogyakarta membuka penawaran istimewa.
Usai menontonnya, ada "rasa" janggal yang saya alami, perlahan menyeruak sedemikian rupa. Hingga akhir film. Menyerupai perasaan tidak adil atas "perlakuan" James Gunn pada sosok karakter metahuman ini.
Pada film ini, tokoh-tokoh karakter antagonis diperbanyak dan diperkuat, titik lemah Superman ditambah berkali lipat, dan peran "jagoan" didistribusikan ke banyak karakter lain---termasuk anjing super bernama Krypto.