Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Batagor dan Siomay di Negeri Gudeg

12 September 2021   07:00 Diperbarui: 19 September 2021   18:00 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batagor (Image dishes/pixabay)

Batagor Bandung adalah kuliner sah di Negeri Gudeg tanpa harus pembuktian aplikasi atau sertifikat. Tanda Jogja adalah kota terbaik untuk mengenang mantan, meski tak sempat bersuapan Siomay kala terucap, "Kau terlalu baik buatku".

_

ENGGAK usah ragu, patriotisme "Bandung Lautan Api" enggak luntur kok saat Batagor dan Siomay Bandung merantau hingga ke tempat terjadinya "Serangan Umum 1 Maret". Tulisan ini hendak mendamaikan antara Batagor dan Gudeg. Juga melerai hubungan antara Batagor dan Siomay yang dikira kembang siam.

Tak luput, terselip gosip tentang bagaimana Batagor ala Kang Bob dihidangkan di daerah istimewa ini, membuat senyum saya bunga dengan dada buncah dan pengin bergumam ala YouTuber mukbang kekinian.

Simaklah uraian serba ringkas ini.

BatagorKangBob (Foto: Ang Tek Khun)
BatagorKangBob (Foto: Ang Tek Khun)

Batagor Vs Gudeg

Batagor, khas Bandung. Gudeg, tuan rumah yang baik, di Jogja sini. Keduanya, hadir di kerumunan "nusantara" dengan beragam etnis. Di provinsi "Indonesia Mini" ini, Batagor bisa jumpa meski tak masif--sudut kota dan jalanan Kota Pelajar ini. Pastinya, tak seepik di negeri Mojang Pringan.

Batagor, dalam penggolongan di tatanan peta menu-menu, masuk dalam jajaran jajanan. Menyandang akronim "bakso dan tahu yang digoreng", bakso tak selalu ditafsir harus bulat. Sementara Gudeg, bergelimang nangka muda di sekujur tubuhnya. Ditanak berjam-jam diwarnai susupan santan.

Batagor, tampil sederhana saja. Digoreng dan disiram saus atau sambal kacang. Kalau pengin, kecap manis tetesin secara zig-zag agar indah dalam laku plating. Tidak seheboh Gudeg--menggunakan daun jati, ditunggui hingga kecoklatan. Disantap bersama nasi, disajikan dengan kuah kental  yang disebut areh dan aneka toping lauk yang bersifat opsional.

Siomay (Foto: Ang Tek Khun)
Siomay (Foto: Ang Tek Khun)

Batagor Vs Siomay

Batagor, sepelaminan dengan Siomay, adalah hal lumrah tanpa diminati siapa pun untuk digugat. Entah sejak kapan, dan bagaimana sejarah mencatat, keduanya seiring sejalan seperti kaus couple. Atau, lebih mutakhir, bak masker dan bibir. Erat, lekat, bersanding dalam satu gerobak atau warung makan.

Perihal menuliskan nama menu sebagai jenama (brand) pun sungguh setia, "Batagor Siomay". Di cetak di spanduk, ditulis di dinding warung, atau dicat di sisi-sisi gerobak. Tak pelak, keduanya sering dikira sebagai menu yang sama--hanya berbeda dalam penyelesaian akhir: kukus versus goreng.

Sesekali, Siomay boleh kok diminta digoreng sebelum berlabuh di perut kamu. Namun Batagor, identik dengan cemplungan di minyak panas dalam wajah. Agak beda tipis? Nah, ada sejumlah perlawanan lain antara Batagor dan Siomay.

Batagor wajib menggunakan tahu tahu putih--bukan kuning. Dilaburi adonan dan khas dipotong dua diagonal membentuk segi tiga sama lebar. Bagaimana dengan Siomay? Jelas dikukus. Meski di ujung cerita, keduanya kerap berakhir dengan nasib yang sama, dipotong-potong.

Siomay Bandung disajikan dalam beberapa varian format. Selain Siomay itu sendiri, ada juga pare kukus, sayur kubis kukus, telur rebus, tahu kukus, dan tak ketinggalan kentang bulat. Sangat berbeda dengan batagor. Sedikit jenisnya dan itu-itu saja.

Itu berlaku di Bandung, juga di kota-kota lainnya. Jika ada perbedaan, entah karena penjualnya iseng atau kreatif, tidak akan jauh-jauh. Hanya sedikit variasi karena situasi atau demi penyesuain dengan ego si penjual . Namun, sependek saya pernah mencoba Batagor di Jogja, saya mendapati perbedaan yang hqq dengan Batagor yang saya nikmati di @batagorkangbob.

Batagor di sini, belum ada apa-apanya. Masih material terpisah. Hanya ada adonan dengan kandungan ikan tengiri, tumpukan tahu putih, dan sejenis kulit pangsit. Apabila masuk pesanan via dua aplikasi warna hijau yang-kamu-pasti-tahu-siapa-itu atau order langsung via WA 0812-2973-4522, barulah ia digarap.

Batagor Kang Bob (Foto: Ang Tek Khun)
Batagor Kang Bob (Foto: Ang Tek Khun)

Batagor ala Kang Bob

Lebih jauh tentang @batagorkangbob, ini kejadian di TKP.

Dalam kemeriahan acara #DolanKuliner komunitas Kompasianer Jogja (KJOG), saat ditawari, saya sengaja menanggap Batagor. Meski diiming-imingi Siomay juga, secara saya engak nolak sih, tapi saya pengin ngepoin Batagor yang ini.

Saat mulai mencicipi, hangat-hangat di piring, mata saya membelalak. Pengin gumam gini, "Uh-uhh-uhh!". Seperti YouTuber di Jepang atau Korea itu loh. Lalu, menjerit, "Yabai!" "Oishii!"

Saking girangnya, saya pun mengepo sumbernya, dan ketemu! Ternyata, ada dua faktor penyebabnya. Pertama, tahu yang digunakan di Batagor ini adalah tahu susu. Tahu, kan, tahu jenis ini? Tahu lembut, rapuh, mudah ambyar. Kira-kira, dia ada di antara tahu putih biasa dan tahu jepang.

Digoreng mendadak (Foto: Ang Tek Khun)
Digoreng mendadak (Foto: Ang Tek Khun)

Kedua, semua unsur-unsurnya diproses dadakan seperti tahu bulat. Diproses saat pesanan masuk atau kamu hadir di tempat. Ini agak kurang lazim sih karena kuran efisien dari segi waktu. Biasanya, para penjual lain sudah menggoreng setengah matang terlebih dahulu. Atau, dikukus dulu.

Alhasil, dari perbuatan yang seperti ini, Batagor ini bukan hanya soal segar. Juga ada keuntungan lain, misalnya bahan yang digoreng dapat mengembang dengan optimal di wajah. Kerenyahan, kegurihan, dan kekrispiannya juga masih lekat bersama dalam santapan panas atau hangat.

Perbedaan lain, di Kang Bob, Batagornya tidak dipotong-potong. Kita potong sendri menggunakan sendok dengan dukungan garpu. Mudah banget! Rahasianya? Ya, tahu susu itu dan digoreng mendadak. 

Begitulah, kira-kira. Kura-kuranya saya sang koki di @batagorkangbob untuk menjelaskan ini. Sampai jumpa di percakapan tentang menu lain. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun