Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesan Moral dalam Cerita Rakyat Tadulako Bulili dari Sulawesi Tengah

10 Januari 2021   23:49 Diperbarui: 11 Januari 2021   00:12 3226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak berlangsung lama, saat sang istri tengah hamil, Raja mulai berpaling. Ia mengutarakan maksud untuk kembali ke kerajaannya. Keinginan sang Raja ini, tanpa disertai dengan rencana untuk membawa serta istri yang dinikahinya. Alhasil, istri Raja pun pasrah tanpa daya ditinggal begitu saja tanpa dinafkahi.

Cerita berlanjut, Raja Sigi dikisahkan tak punya keinginan secuil pun untuk kembali ke Desa Bulili. Demikian juga, tak ada rencana apa pun untuk memboyong istrinya ke istana. Semua berlalu begitu saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa dalam hidup sang Raja.

Gadis itu kemudian melahirkan tanpa kehadiran sang Raja. Mereka menjalani hidup tanpa tanggung jawab dan nafkah dari ayah bayi perempuan itu. Para tokoh dan pemuka masyarakat Desa Bulili terusik. Merasa iba atas nasib yang menimpa gadis itu. Kemudian, mereka mengambil keputusan untuk mengutus Tadulako guna meminta pertanggungjawaban sang Raja.

Sesampai para Tadulako di istana, Raja Sigi malah dengan lugas melepas tanggung jawabnya. Alih-alih terusik secara nurani, ia malah menantang para Tadulako. Jika mereka mampu, silakan saja mengambil sendiri lumbung padi istana.

Raja merasa di atas angin. Namun, terjadilah yang sebaliknya. Tantangan itu justru diterima oleh para Tadulako yang mengembang tugas. Mereka mengeluarkan kesaktian yang dibutuhkan. Alhasil, lumbung padi tersebut terambil dan mereka membawanya pulang.

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Tadulako Bulili

Tidak mudah bagi seseorang dalam mengemban tugas kepemimpinan. Selain berasal dari kalangan terpilih, juga dibutuhkan keterampilan yang terasah dan terbukti. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang menyertai kompetensi.

Cerita rakyat "Tadulako Bulili" ini memperlihat seorang raja yang abai pada dua hal utama. Pertama, tentu saja berkenaan dengan nilai-nilai etis. Hal ini terasa semakin layak manakala ditunjukkan bahwa dalam posisi sang tokoh adalah seorang raja. Kedua, pastinya adalah soal tanggung jawab---baik secara moral maupun praktik nyata.

Tanggung jawab jelas adalah komponen yang krusial untuk dimiliki oleh setiap orang. Kepemimpinan tanpa tanggung jawab adalah kesewenangan semata. Bukan hanya buruk bagi dirinya, juga mendatangkan penolakan bahkan perlawanan dari pengikutnya.

Lewat kekuasaan, mungkin sang pemimpin  bisa lari dari tanggung jawab. Namun, seberapa jauh dan seberapa lama pemimpin seperti itu akan bertahan? Ujung kegagalan atau kehancuran hanya mengikuti irama detak jam yang akan tiba pada garis akhir.

Pada sisi yang lain, cerita rakyat ini mengajarkan kepada kita hal yang sebaiknya. Disampaikan melalui keteladan para Tadulako. Mereka bukan sekadar menjalankan tugas, melainkan berani dan teguh dalam menunaikan tanggung jawab atas jabatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun