Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Drama Radio, Edukasi Kebencanaan dalam Sorot Pandang Paradigma Baru

17 September 2016   23:42 Diperbarui: 21 Oktober 2016   15:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edukasi melalui radio (Foto: Pixabay)

Diam-diam, mungkin terselip di dalam relung hati terdalam Anda dan saya, sebuah pertanyaan menggugah tanda tanya mengenai efektivitas penggunaan media radio, yang dianggap tradisional di era kekinian. Atas sebersit keraguan ini, saya mendapat jawaban melalui halaman Kompas Muda edisi Jumat, 16 September 2016.

Menarik menelisik laporan utama di bawah tajuk Radio yang Masih "Nge-hits". Dituliskan di halaman itu bahwa kebiasaan mendengarkan radio masih terjaga di kalangan mahasiswa. Hampir setiap kampus punya stasiun radio sendiri, dengan mata acara unggulan hiburan musik.

Nurie Sitta Masruri, mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, mengaku masih mendengarkan siaran radio. Demikian pula ungkap sejumlah nama anak muda lainnya yang ditampilkan di subseksi Kampus (hlm 25). Ringkas kata, di antara impitan televisi dan internet, radio tidak pernah mati. "Pendengar fanatiknya masih banyak," tulis Kompas Muda.

Kompas Muda edisi Jumat, 16 September 2016.
Kompas Muda edisi Jumat, 16 September 2016.
Namun, pada tepi akhir artikel ini, saya ingin menyegarkan ingatan bagi para pemangku kepentingan sosialisasi via drama radio, untuk tidak terjebak dalam paradigma lama. Pertama-tama, "drama radio" harus diperlakukan sebagai content. Dengan demikian, "drama radio" sebagai content akan melintas di atas pengertian "radio" sebagai alat.

Content "drama radio" sepatutnya turut mengendarai kemajuan teknologi dan digulirkan berviral di media sosial. Ia butuh dihadirkan semudah mungkin dalam aplikasi di smartphone, atau dikemas dalam satu-satuan praktis dalam jamahan platformSoundcloud, Mixcloud, dan lainnya, sehingga penetrasinya tak ubahnya content lainnya. Contoh praktis untuk ini dengan mudah kita lihat bagaimana content televisi kini kita nikmati melalui Youtube—keluar dari belenggu televisi sebagai alat.

Demikianlah, kemajuan teknologi akan menerobos labirin jadul yang mungkin masih bergelayut di benak kita. Termasuk melesatkan drama radio "Asmara di Tengah Bencana" dalam penetrasi yang sukses mengusung edukasi yang pada akhirnya melahir "sikap, perilaku, dan budaya yang mengkaitkan kehidupannya dengan mitigasi bencana". Bukan sekadar kepentingan sukses atas program dari sebuah lembaga bernama "Badan Nasional Penanggulangan Bencana".

Itulah harapan kita, agar teriakan "Mamiii... Mamiiiii... goyang semua!" tak sepilu sepuluh tahun yang lalu. Dan, jeritan "Air sudah meluap!" tidak menjadi monster kejam yang merenggut rasa aman anak-anak kita, yang menjelma cengkeram traumatis panjang yang harus dibayar mahal dalam rentang tahun yang panjang. (ANG)

[]

Facebook: /atkhun
Twitter: @angtekkhun
Instagram: @angtekkhun1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun