Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jurus Kaya Unik: Ekonomi Pas-pasan? Pakailah LED

21 November 2014   18:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:13 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dibuat semakin penasaran, saya lalu melakukan pencarian informasi lebih lanjut. Cukup mengejutkan saat saya menemukan perbandingan yang dilakukan oleh Forbes. Namun, saya paling salut dengan komparasi apik yang dilakukan designrecycleinc.com Coba deh di-klik, pasti hati Anda akan meleleh dibuatnya. Ditambah berbagai sumber lain, saya dapat merangkum kelebihan utama lampu LED adalah:


  • Umurnya lebih panjang
  • Efisiensi energy 80-90 persen
  • Memerlukan tegangan listrik yang rendah
  • Cahaya yang dihasilkan tidak panas.
  • Cahaya yang dihasilkan tidak mendistorsi warna sekitar
  • Tidak mengandung merkuri (ramah lingkungan)
  • Dapat diarahkan sesuai keinginan (dengan lensa optik)


Tapi lampu LED bukannya tanpa kekurangan. Sejujurnya saya dibuat shock oleh harganya yang selangit. Sampai di sini saya sempat melangkah mundur untuk tidak menyentuhnya. Sampai kemudian tanpa sengaja saya teringat pada sebuah prinsip belanja yang bagi saya unik. Saya kutipkan di sini:

“Belanjalah barang berkualitas. Saya mengartikan prinsip ini sebagai investasi barang jangka panjang. Meski kualitas tidak selalu berbanding lurus dengan merek, tapi biasanya merek memang menjamin kualitas, hukumnya seperti itu. … jika ada barang yang harganya sedikit di atasnya [mahal]dengan selisih wajar dan kualitasnya lebih baik, tahanlah sedikit untuk menabung. Ini penting karena ini berkaitan dengan usia pakai. Barang konsumsi diciptakan dengan masa pakai tertentu oleh produsen.”

Saya pun mengangguk setuju dengan prinsip ini. Sering kali kita terjebak dalam prinsip sebaliknya–kalau ekonomi kita pas-pasan, belilah barang murah. Ternyata ini perangkap, karena pada akhirnya kita akan lebih boros karena akan membeli barang yang sama berkali-kali.

Peluang Menjadi Pahlawan

Tidak, ini bukan bercanda. Penelusuran lebih lanjut membuat saya lebih terkejut. Pertimbangan kondisi ekonomi pribadi tiba-tiba mengecil nilainya saat kita membaca fakta-fakta yang menggetarkan. Menurut sebuah riset, konsumsi listrik yang digunakan untuk pencahayaan mencapai 19% setiap tahun, menyebabkan 1,9 miliar ton emisi CO2 di seluruh dunia. Wow! Alangkah berarti penghematan energi hingga 85 persen


Bagaimana kondisi Indonesia? Tingkat ketersambungan listrik di Indonesia masih berada di angka 78%. Rasio pemakaian lampu LED tercatat hanya 1:15. Betapa jauh bila dibandingkan dengan Singapura yang mencatat angka rasio 1:5 dan China 1:3. Jadi, bila 1 dari tiap 15 rumah saja di Indonesia beralih menggunakan LED, maka biaya yang bisa dihemat akan mencapai Rp100 miliar dalam setahun. Ini setara dengan menanam 595.000 pohon!

Fantastis, betapa dahsyat angka-angka ini. Apalagi bila kita bisa mengambil bagian dalam mengubah prediksi bahwa pemakaian LED di Indonesia pada tahun 2020 baru akan tembus 60%.

Beraksi Sekarang, Gunakan Strategi

Melihat situasi dan kondisi seperti ini, tak ada kata lain selain “beraksi sekarang juga”. Bumi dan segala isinya, layak kita wariskan ke generasi berikut dalam kondisi lebih baik. Antara lain, “hanya” dengan melakukan hal “sederhana” ini, yaitu beralih ke pemakaian lampu LED. Alasan lampu LED adalah “produk mahal” pun akan gugur bila kita menyadari tiga hal berikut:

Pertama, harga sebuah produk akan kian murah bila pemakainya semakin banyak. Jika kita berdiam diri tanpa tindakan, maka efek logis ekonomis ini tidak akan pernah terjadi, dan “lingkaran setan” tak akan pernah berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun