Selera menu makan tiap orang berbeda-beda. Ada yang suka makanan siap saji, ada yang suka makanan kelas restoran, warung ternama, ada pula yang cukup dengan menu lauk seadanya. Saya tergolong tipe orang yang suka menu makanan 'ndeso', seperti sayur asem, sayur bayam, kangkung, lalaban atu urab, serta dedaunan lainnya, semisal daun singkong.
Berbicara daun singkong, mungkin sudah menjadi ciri khas tersendiri bagi Warung Masakan Padang, yang selalu menyajikan singkong rebusnya sebagai menu pokok, yang disandingkan dengan sambal cabai hijau. Namun, ternyata daun singkong pun jika di masak oleh ahlinya, akan menghasilkan suatu masakan yang enak dan nikmat. Seperti masakan daun singkok di Warung Makan Dan Lawuhan Mateng, ibu Suniah.
Mengingat di pedesaaan, masakan daun singkongnya dijual keliling dengan harga yang cukup relatif murah. Biasanya ia membawa sepanci masakan daun singkongnya bersama masakan lainnya. Pembeli pun bisa membeli, bebas sesukanya, tak dipatok harus dengan harga sekian. Bahkan kadang ada yang membeli dengan uang seribu rupiah. Bagi Suniah seribu sekalipun, ia maknai sebagai sebuah rezeki yang tidak boleh ia tolak.
Beberapa tahun ini, jualan masakannya meningkat cukup lumayan. Tak hanya berkeliling, Suniah kini buka lebih awal, yakni sedari siang, pukul 11.00 wib. Aneka masakan sudah siap. Sebelum pukul 15.00 wib tiba, Suniah berjualan terlebih dahulu di warung kecilnya. Lumayan, banyak juga pelanggan yang mampir di warungnya. Seperti para sales, pedagang keliling dan orang yang lewat  sekitaran jalan raya Kedunguter-Pagejugan. Warungnya kini cukup dikenal banyak orang, apalagi menu spesialisnya kini tak hanya masakan daun singkong, tapi ada juga menu yang terkenal di sekitarannya, yaitu opor balungan ayam dan keripik tempe.
Sebelum adanya Corona, omset jualan lauk Bu Suniah bisa mencapai 400 ribu, bahkan lebih. Tapi sejak adanya Corona, omsetnya menurun. Paling, rata-rata sekitar 300 ribuan. Dari omsetnya itu, terkadang ia bisa mendapatkan keuntungan bersih mulai 50-80ribu per hari. Pendapatannya cukup membantu suaminya, yang juga berjualan Bakso-Somay keliling. Ia juga menyisihkan guna keperluan sekolah anaknya, serta berencana ingin mendaftar Haji.
Imam Chumedi, KBC-28