Air bersih adalah kebutuhan pokok manusia. Tanpa air, kehidupan sehari-hari akan terganggu: dari mandi, memasak, mencuci, hingga sekadar minum. Namun, pengalaman pribadi saya sebagai pelanggan PDAM di Kota Pontianak justru membawa rasa kecewa.
Sudah berbulan-bulan saya merasakan pola yang sama: air hanya lancar saat malam hari, sementara di siang hari tekanannya sangat lemah, bahkan terkadang nyaris tidak ada. Akibatnya, aktivitas rumah tangga di jam-jam produktif menjadi sangat terganggu.
Tulisan ini adalah opini pribadi, sebuah suara hati dari pelanggan yang tinggal di Kota Pontianak. Saya tidak bermaksud membawa pihak lain atau mengajak massa, melainkan murni ingin berbagi pengalaman dan menyuarakan keresahan yang saya alami.
Setiap kali jarum jam menandakan wkatu malam, air PDAM di rumah saya di Kota Pontianak tiba-tiba mengalir deras. Tekanannya kuat, bahkan bak mandi bisa penuh dalam waktu singkat.
Di satu sisi, kondisi ini memang melegakan. Namun di sisi lain, ini menimbulkan tanda tanya besar. Mengapa air PDAM hanya lancar di malam hari? Apakah memang sengaja dinaikkan tekanannya di jam tertentu? Ataukah karena konsumsi pelanggan berkurang di malam hari sehingga distribusi menjadi lebih stabil?
Yang jelas, bagi saya sebagai pelanggan, pola ini tidak sesuai kebutuhan. Aktivitas rumah tangga justru lebih banyak dilakukan pagi dan siang. Malam hari seharusnya waktu untuk beristirahat, bukan mengurus air.
Berbeda dengan malam, begitu pagi menjelang di Kota Pontianak, air PDAM seolah berubah wajah. Tekanan melemah, alirannya lambat, bahkan ada saat-saat nyaris tak menetes sama sekali.
Bayangkan, ketika hendak menyiapkan anak sekolah, saya harus menunggu lebih dari satu jam hanya untuk mengisi satu ember. Mesin cuci pun sering error karena tidak mendapat suplai air cukup. Aktivitas sederhana seperti mencuci piring menjadi terasa sangat berat.
Kondisi ini berlangsung hampir setiap hari, dari pagi hingga sore. Rasanya seperti dipaksa bertahan dalam situasi yang tidak wajar.
Air lemah bukan hanya soal teknis. Bagi warga Kota Pontianak yang mengalaminya, termasuk saya, dampaknya terasa nyata dalam rutinitas.
Pagi hari: saat paling sibuk, air justru melemah. Akhirnya semua rebutan air untuk mandi atau menyiapkan sarapan.