Desa Sukahurip menjadi perhatian para mahasiswa KKN UPI 2023 dikarenakan akses tempat dan infrastuktur yang terbilang extrim serta jarak fasilitas kesehatan yang sulit dan jauh untuk dilalui oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Terlebih lagi penerangan jalan yang sangat minim, membuat berkendara atau sekedar jalan kaki pada saat malam hari menjadi sulit dan beresiko.
Tanggal 11 Agustus 2023, pada saat mahasiswa KKN UPI melakukan kunjungan ke Posyandu dusun Cicurug dan Muaratiga, kita banyak dimanjakan dengan pemandangan desa yang masih sangat asri serta sejuk, namun dengan medan / jalur lalu kendaraan yang tidak biasa pada umumnya, dimana sepanjang jalan hampir tidak ada jalur yang landai karena memang georgrafis  disana adalah perbukitan yang cenderung naik turun.
Menurut keterangan warga, alasan mengapa jalur menuju dusun Muaratiga begitu sulit selain karena memang termasuk daerah perbukitan adalah karena pengecoran jalan yang tidak memenuhi kriteria aman. Bila digambarkan, bentuk dari jalan disana adalah jalan setapak di bagian kanan dan bagian kiri, dengan bagian tengah yang kosong / tidak dicor dan terkadang berbatu. Faktor tersebut disebabkan karena kurangnya anggaran dari pemerintah untuk memaksimalkan kualitas jalan yang di cor.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh bapak kepala dusun Cikulu, beliau mengungkapkan "Jalan disana memang dibuat sedemikian rupa, karena keterbatasan anggaran, namun mulai sekarang pembangunan jalan seperti itu sudah tidak di perbolehkan lagi" Halim Jaelani Sidiq. Warga lain juga berkomentar "jalan yang sekarang ini masih mending dibandingkan yang dulu sebelum dicor, karena motor pasti terjebak di kubangan tanah yang basah, apalagi saat hujan".
Adapun hal lain yang membuat akses menuju suatu lokasi di dusun Cicurug dan Muaratiga begitu sulit adalah jarang ditemuinya bengkel dan tempat pengisian bensin / pombensin, sehingga ketika kendaraan kita bermasalah, maka hal itu akan sangat menyulitkan kita, mengingat juga toko yang menjual suku cadang kendaraan tergolong langka disana, dan sinyal smartphone juga sering hilang yang mengharuskan kita mencari bantuan pada warga setempat.
Melihat dari apa yang ada, kita juga menyadari fasilitas kesehatan seperti klinik atau apotik juga tergolong sulit, selain karena jarak tempuh, jumlahnya juga menjadi pertimbangan. Namun diantara itu, layanan kesehatan seperti Posyandu masih banyak ditemui, serta didalamnya juga terdapat kader-kader posyandu yang aktif melayani balita, bahkan juga lansia. Masyarakat disana juga menyambut kami dengan ramah, serta tidak mengeluh dengan keadaan yang ada dan lebih fokus pada pekerjaan dan kewajibannya.
