Membumikan Simbol, Mewujudkan Harapan
Â
Perubahan dari "juara" ke "istimewa" tidak boleh berhenti pada tataran simbolik. Ia harus diterjemahkan dalam kebijakan yang menyentuh akar kehidupan masyarakat: pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan budaya. Slogan bukan hanya alat promosi, tetapi komitmen moral terhadap rakyat.
Dalam politik, bahasa memiliki kekuatan membentuk realitas. Tetapi kekuatan itu hanya berarti ketika  kata-kata dihidupkan dalam tindakan nyata. Karena Gubernur Dedi Mulyadi pernah menggunakan motto "istimewa" ini saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta, mestinya ia mampu melihat secara jernih plus minus dari kebijakan yang pernah ia terapkan di masa lalu.
Pengalaman Dedi Mulyadi dengan "Purwakarta Istimewa"-nya  seharusnya menjadi modal reflektif untuk menyempurnakan pendekatan pembangunan yang tidak sekadar menonjolkan estetika atau simbolisme budaya, tetapi juga menjawab kebutuhan riil masyarakat Jawa Barat secara lebih adil dan merata.
Sekiranya pelajaran masa lalu benar-benar dijadikan cermin oleh Dedi Mulyadi, maka "Jabar Istimewa" bisa tumbuh menjadi visi yang tidak hanya terdengar menarik, tetapi benar-benar menghadirkan "keistimewaan" dalam kehidupan warga Jawa Barat ke depanya.**
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI