Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menakar Efek Desakan Moral-Etik dari Kampus

4 Februari 2024   11:03 Diperbarui: 5 Februari 2024   16:45 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga dan alumni Universitas Indonesia (UI) gelar deklarasi kebangsaan di Rotunda UI, Depok, Jumat (2/2/2024). (Foto: KOMPAS.com/DINDA AULIA RAMADHANTY) 

Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana misalnya, menyatakan bahwa hal tersebut merupakan hak demokrasi, menegaskan bahwa dalam tahun politik dan menjelang pemilu, pertarungan opini adalah hal biasa. 

Namun, Ari mencurigai adanya upaya yang disengaja untuk mengorkestrasi narasi politik tertentu demi kepentingan elektoral. Sikap Jokowi dan stafnya ini dianggap sebagai tanda ketidakpedulian dan kurangnya kepekaan rezim terhadap kritik yang disampaikan oleh para akademisi.

Dalam konteks demokrasi, kebebasan berpendapat dan kritik perlu dihormati. Seruan moral dari sivitas akademika seharusnya menjadi panggilan bagi penyelenggara pemilu, pemerintah, partai politik, dan masyarakat untuk mengembalikan demokrasi ke arah yang benar, adil, jujur, berintegritas, dan tidak memihak. 

Masa depan demokrasi Indonesia bergantung pada bagaimana semua pihak merespons seruan moral ini dengan bijak dan menghormati nilai-nilai demokrasi.

Mengapa Jokowi  Harus Mendengarkan Suara Kampus?

Seruan moral-etik yang berasal dari kalangan sivitas akademika, memiliki dampak yang signifikan pada tatanan demokrasi dan moralitas pemerintahan di Indonesia. 

Kepentingan Jokowi untuk merespons seruan tersebut dengan serius menjadi krusial, dan jika diabaikan, berpotensi membawa dampak negatif yang mendalam. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penting untuk Jokowi mengindahkan seruan moral-etik dari kampus.

Pertama, kesadaran akan moral dan etika pemerintahan adalah fondasi utama untuk membangun dan menjaga legitimasi pemerintahan. 

Jika Jokowi mengabaikan seruan moral dari kampus, ini dapat merusak citra pemerintah di mata masyarakat. Legitimasi yang erosi dapat merugikan stabilitas dan kepercayaan masyarakat pada pemerintahannya.

Kedua, seruan moral-etik dari kampus mencerminkan kekhawatiran akan keseimbangan demokrasi yang semakin terancam. 

Jika pemerintah mengabaikan suara akademisi, ini dapat menggoyahkan prinsip-prinsip dasar demokrasi, seperti keadilan, kebebasan berpendapat, dan partisipasi warga negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun