Mohon tunggu...
Khoirurrizqiam
Khoirurrizqiam Mohon Tunggu... Administrasi - Masih Sekolah

Menulis segala hal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemarin Soekarno, Hari Ini Arman Dhani

24 Mei 2018   22:46 Diperbarui: 1 Juni 2018   10:22 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup beberapa langkah belakangan ini tak kunjung mempertemukanku dengan ajal, ini berarti masih harus aku emban pencarian makna di atas muka bumi.  Bukan hal yang mudah aku rasa.  Beragam warna dalam dunia yang berhadap-hadapan denganku saat ini justru tak mengindahkannya.  

Berlawanan dengan kebiasaan, penelusuran makna kehidupan dalam masa ini justru dianggap sebuah kesia-siaan.

Kemarin aku berbincang dengan kusno yang di masa lampau itu, katanya apalah yang kau takutkan, jika berkesadaran bangsa kita adalah bangsa yang besar.  Katanya sudah benar, tak seharusnya kemerdekaan itu ditunggu, begitu pula kemerdekaan mu itu. 

Apa yang mungkin kau dapatkan jika tak berbekal kesadaran, karena boleh jadi, penjajahan masih berlangsung dalam bentuk baru.  

Bukannya ketakutan mu adalah bentuk nyata eksistensinya, terkungkung oleh penilaian materi dibanding mengedepankan substansi.  Sepertinya telah tercapai apa-apa yang dahulu aku takutkan.  

Oleh sebab itu, lanjutkan apa yang telah menjadi tujuan di sisa hidupmu itu. –Selayaknya tokoh nasional, suaranya begitu lantang.

Dan seperti biasa, bahasa yang digunakannya pun begitu menggebu-gebu, aku yang saat itu dihadapannya seperti mendapatkan suntikan tenaga baru.  

Dengan mudah aku mengiyakan apa yang dia sampaikan.  Bukan karena aku sepakat dengannya, melainkan sebaliknya.  Aku tidak begitu memahami apa yang dia sampaikan dengan utuh.  

Aku hanya menikmati setiap katanya, rasanya seperti sedang mendengarkan kebijaksanaan.  Dan aku rasa alasan itu cukup untuk mengiyakan-nya.

Sampai di keadaan yang sesungguhnya, aku merasa kata-kata kusno memang ada benarnya.  Tak semua yang dikerjakan manusia hari ini benar dilakukan dengan sepenuh hati, sudah menjadi hal biasa menjalankan keseharian tanpa mau mengerti lebih jauh, asal hal itu mencukupi untuk dibagikan sebagai bahan yang menarik, maka disana semuanya berhenti. 

Siapa yang bermoral hari ini adalah mereka-mereka yang mampu dengan ulung menata halaman profil.  Tidak ada salahnya memang, tapi begitulah kesadaran manusia hari ini dibentuk.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun