Mohon tunggu...
Humaniora

Indahnya Kebahagiaan

26 Mei 2016   07:16 Diperbarui: 26 Mei 2016   07:22 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahagia itu.....pasti indah. Tak ada rasa lain yang lebih indah dari pada rasa bahagia. Namun pada hakekatnya mampukah kita menafsirkan sendiri apa sich bahagia itu?  Setiap orang pasti memiliki penafsiran sendiri-sendiri mengenai kebahagiaan ini.  Bahkan seseorang yang saking bahagianya  tak dapat menafsirkan ataupun mengekspresikan rasa bahagia mereka.

Rasa bahagia itu tergantung pada orang yang merasakannya, contohnya seperti hal di bawah ini: Ada sebuah keluarga yang hidup seerhana namun hidup mereka selalu bahagia, karena hidup mereka selalu diselimuti rasa kasih dan sayang. Hal ini berbeda dengan sebuah keluarga yang kaya raya namun tak ada komunikasi dan rasa kasih yang menyelimuti hubungan diantara mereka.

Jadi, bahwasanya bahagia itu tak harus diukur dengan harta, namun tak dapat dipungkiri juga ternyata harta juga bisa membuat orang bahagia. Begitupun juga dengan rasa kasih yang mungkin kurang bisa membuat orang bahagia. Hal ini didasari pada sifat manusia yang tamak dan rakus

Rasa bahagia itu asalnya dari hati dan rasa syukur. Orang yang selalu bersyukur pasti selalu bahagia. Itulah kenapa Allah memerintahkan kita untuk selalu bersyukur sebagaimana termaktub dalam surat Ibrahim ayat : 7 yang artinya ‘’Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan ‘’Sesungguhnya jika kamu bersyukurpasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatku)maka sesungguhnya azabku  sangatlah pedih (Q.S Ibrahim;7)’’

Terkadang kita berpikir ‘’Kapan sich aku bahagia?’’ Kita selalu merasa kurang dan tak pernah puas atas apa yang telah kita punya. Rasa iri atas kebahagiaan orang lain selalu tersayat dalam hati. Oleh karena itu, untuk menambah rasa syukur, lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kita! Pernahkah kita berpikir bagaimana jika kita menjadi seperti mereka, pemulung ataupun pengemis misalnya. Masih adakah dalam benak dan pikiran kita menganggap bahwa Allah tidak adil?

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya yang mana hadits tersebut dimaksudkan agar kita melihat pada seseorang yang lebih rendah dari pada kita dan tak melihat pada seseorang yang berada di atas kita. Mengapa? Hal ini tak lain dan tak bukan agar kita selalu bersyukur atas kelebihan dan segala nikmat yang Allah berikan dalam takaran yang tak terhitung  jumlah  serta harganya itu.


Namun disamping itu juga hendaknya kita juga melihat seseorang yang berada di atas kita, sebagai motivasi dalam pencapaian mimpi dan cita-cita kita. Katakan dalam hati ‘’kalo dia bisa kenapa saya tidak?’’ Setidaknya hal ini bisa menjadi pacuan seseorang untuk menambah semangat dan usaha untuk meraih kesuksesan.

Negara Indonesa merupakan negara hukum. Dalam negara kita ini, kita banyak mengenal berbagai macam hukum. Salah satu diantaranya adalah hukum alam. Hukum alam itu bersifat mutlak dan terjadi akibat perbuatan yang dihasilkan oleh sang pelaku selebihnya lagi hukum ini berasal dari Tuhan. Misalnya adalah: Orang yang rajin belajar akan pandai dan dapat menjawab ujian, begitupun dengan orang yang melupakan  Allah jangan berharap kan dapatkan surganya. Begitulah, dengan hukum alam-Nya  kita dapat mengetahui betapa adilnya Allah SWT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun