Beberapa tahun terakhir, fenomena "sound horeg" semakin sering terdengar di berbagai acara hiburan. Sound horeg merujuk pada penggunaan speaker berdaya sangat tinggi dengan efek bass bergetar yang mampu mengguncang udara bahkan dinding rumah sekitar. Meskipun menjadi hiburan yang meriah, fenomena ini tak jarang menimbulkan keluhan masyarakat karena suara yang terlalu keras dan getaran yang terasa hingga jarak puluhan meter. Bayangkan ketika seseorang berada di dekat deretan speaker besar, tubuhnya dapat merasakan getaran udara yang kuat hingga dada ikut berdenyut seiring dentuman musik. Itulah efek nyata dari gelombang bunyi berintensitas tinggi.
Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat merambat melalui medium (udara, air, atau padatan). Gelombang bunyi dihasilkan dari getaran sumber suara, misalnya diafragma speaker yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran. Rumus dasar yang menggambarkan hubungan antara cepat rambat bunyi, frekuensi, dan panjang gelombang adalah:
v = f
Keterangan:
- v = cepat rambat bunyi (m/s)
- f = frekuensi bunyi (Hz)
- = panjang gelombang (m)
Pada sound horeg, frekuensi bass yang digunakan biasanya rendah (20--200 Hz) namun dengan amplitudo besar, sehingga menghasilkan energi getaran yang tinggi.
Energi bunyi dapat dinyatakan melalui intensitas bunyi (I):
Keterangan:
- I = intensitas bunyi (W/m)
- P = daya sumber suara (Watt)
- A = luas permukaan penyebaran gelombang (m)
Skala intensitas bunyi yang dirasakan manusia dinyatakan dalam desibel (dB):
Speaker "horeg" biasanya menghasilkan tingkat kebisingan mencapai 100--120 dB, mendekati ambang nyeri telinga manusia (sekitar 130 dB).
Dari sudut pandang fisika dan kesehatan, energi bunyi berlebihan memiliki beberapa dampak serius:
- Kerusakan pada indera pendengaran
Getaran udara dengan intensitas di atas 85 dB dalam jangka lama dapat merusak sel rambut halus di koklea (telinga bagian dalam). Secara fisika, energi bunyi yang besar menyebabkan tekanan akustik (p) meningkat:
Semakin tinggi intensitas, semakin besar tekanan yang diterima gendang telinga.
- Resonansi tubuh dan benda di sekitar
Frekuensi rendah pada sound horeg dapat menimbulkan resonansi, yaitu ketika frekuensi bunyi sama dengan frekuensi alami suatu benda. Hal ini dapat menyebabkan getaran kuat pada kaca jendela, perabot, bahkan tubuh manusia. - Pencemaran suara (noise pollution), suara keras mengganggu propagasi bunyi lain di udara, sehingga dapat menurunkan kualitas komunikasi manusia dan keseimbangan ekosistem misalnya mengganggu komunikasi hewan.
Rekomendasi
- Atur Volume dan Jarak Aman
Menurut WHO, batas aman intensitas suara di area publik adalah maksimal 85 dB selama 8 jam. Jika menggunakan sound system besar, sebaiknya diatur agar jarak pendengar minimal 10--15 meter dari sumber suara. - Gunakan Peredam Bunyi (Soundproofing)
Pemasangan bahan peredam seperti busa akustik dapat membantu mengurangi pantulan dan penyebaran suara ke lingkungan sekitar. - Edukasi dan Kebijakan Lingkungan
Pemerintah daerah dapat menerapkan aturan waktu penggunaan sound system di ruang publik agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat. - Desain Speaker yang Ramah Lingkungan
Inovasi teknologi audio kini memungkinkan penggunaan subwoofer efisien yang menghasilkan kualitas suara tinggi tanpa perlu daya ekstrem.
Fenomena "Sound Horeg" bukan sekadar hiburan, melainkan perwujudan nyata dari gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jika tidak diatur dengan baik, energi bunyi yang besar dapat berubah menjadi gangguan kesehatan dan lingkungan.
Keseimbangan antara hiburan dan kesadaran fisika menjadi kunci agar musik tetap menyenangkan tanpa menimbulkan kebisingan yang merugikan.