Mohon tunggu...
Dr Khoe
Dr Khoe Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pelita Harapan, Kepala pengembangan Matematika dan sains Springfield Jakarta

Dosen Universitas Pelita Harapan, Kepala pengembangan Matematika dan sains Springfield Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Antara Kuhn, Popper, Polanyi dan Dooyeweerd

17 Oktober 2021   21:00 Diperbarui: 17 Oktober 2021   21:03 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

-  Paradigm shift

  

Dooyeweerd

Pengetahuan dari sisi kekristenan secara "klasik" dinyatakan oleh Herman Dooyeweerd (1894-1977). Ia adalalah seorang Calvinis murid dari Abraham Kuyper dari Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda. Ia memasukkan ide Kosmonomik dengan menekankan kedaulatan dan transendensi Allah.  Alkitab menyatakan bahwa Allah itu transenden, maka Allah itu transenden, sebagai batasan antara pencipta dan ciptaan. 

Dooyeweerd membagi pengetahuan dalam lima belas aspek (suite of fifteen aspects) dari hirarki yang terendah terkait aspek aritmetika sampai hirarki yang tertinggi terkait tengan aspek iman. Enam hirarki dari aspek yang terendah masuk dalam elemen dasar yang dimiliki oleh benda-benda, tumbuhan dan hewan, sedangkan sembilan elemen berikutnya masuk dalam esensi yang hanya dimiliki manusia. Terkait dengan subject function dan object function batasan aspek yang ada pada benda yang digunakan oleh subject things dan selanjutnya object function. Gambaran Doyeweerd dalam hubungan pengetahuan dalam lima belas aspek diuraikan dalam kaitan pencipta dan ciptaan dengan sangat jelas.

"Hukum adalah garis batas yang memisahkan Tuhan dari kosmos. Tuhan di atas hukum; segala sesuatu yang lain tunduk pada hukum. Dengan demikian, gagasan hukum tidak dapat dipisahkan dari gagasan tentang sumber hukum dalam kehendak Tuhan yang berdaulat dan gagasan tentang subjek hukum. Hukum dan subjek adalah istilah yang korelatif"

Penutup

Lalu dengan apakah kita meletakan fondasi pengetahuan kita, apakah dasar dari fondasi yang kita letakkan dalam memahami pengetahuan Ketika mengacu pada sekularisasi, sekularisasi ilmu mepengaruhi iman kita dalam keberadaan hidup kita sebagai makluk ciptaan. Hal itu terjadi karena semakin banyak orang Kristen yang menikmati pendidikan ilmiah tidak memiliki gagasan yang jelas tentang hubungan antara pemikiran ilmiah dan agama. 

Klaim berulang kali dibuat bahwa pada dasarnya sains non-teologis harus sepenuhnya bebas dari kepercayaan pribadi, karena objektivitasnya akan terancam saat ia terikat pada praanggapan apa pun yang berasal dari iman. Ide ini telah diterima tanpa menimbang konsekuensinya dan tanpa bertanya apakah itu dibenarkan baik dari sudut pandang alkitabiah atau kritis, dari sudut pandang ilmiah." 

Dooyeweerd dalam A New Critique of Theoritical Thought (1969) menggambarkan adanya filsafat Kristen yang harus dikembangkannya karena menurutnya setiap filsafat mempunyai ide dasar transenden yang memberi arah pada teori yang dikembangkannya. Ada ground motive yang transenden yang dikembangkan dalam setiap teori yang dibangunnya. Apakah ground motive kita ketika kita memamahi pengetahuan apakah untuk menjadi berkat dalam mememahami rencana Tuhan dalam kehidupan kita, atau justru sebaliknya menentang keberadaan-Nya melalui ground motive sekuler, bagaimanakah kita?

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun