Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Sebelum diangkat menjadi abdi negeri, pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MEGELANG. Sekarang mengguru di SDN Kuryokalangan 01, Dinas Pendidikan Kabupaten Pati Jawa Tengah, UPTKecamatan Gabus. Sebagian tulisan telah dibukukan. Antara lain: OPINI GRASSROOT SOAL PENDIDIKAN GRES; Si Playboy Jayanegara dan Bre Wirabhumi yang Terpancung. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id. HP (maaf SMS doeloe): 081226057173.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tes Kelamin Garuda oleh Sindikat Singa dan Kanguru (Jadwal 6)

10 Februari 2014   20:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_311340" align="aligncenter" width="182" caption="kanguru (Wikipedia)"][/caption]

[caption id="attachment_311341" align="aligncenter" width="196" caption="Garuda (wikipedia)"]

1392037265413721347
1392037265413721347
[/caption]

[caption id="attachment_311343" align="aligncenter" width="212" caption="singa (Wikipedia)"]

13920374341970606403
13920374341970606403
[/caption]

Oleh: Khoeri Abdul Muid

Sebagaimana yang terjadi saat Pak Guru Garuda menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tematik-integratifnya tiba-tiba ada SMS dari nomor HP muridnya yang bertanya, “Jenis kelamin burung garuda Pancasila itu laki apa perempuan, Pak Guru?”.

Pertanyaan dari nomor HP murid itu, baik itu mungkin bisa saja dari bapaknya atau ibunya atau kakaknya atau dari siapa saja termasuk mungkin saja betul-betul dari muridnya itu bisa dikatakan sebagai tes. Tes dalam pengertianujian secara tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seorang individu ---Pak Guru Garuda. Dan, juga tes dalam pengertian uji: berdasarkan kategori tertentu, yakni menguji kelamin Garuda.

Setelah sempat bingung beberapa saat karena seumur-umur baru kali ini mendapat pertanyaansemacam itu Pak Guru Garuda pun tampak berfikir lalu membalasnya singkat, “Jantan, Nak”.

Sebuah jawaban yang mungkin cukup memuaskan siswa namun bersifat diplomatis.

Mengapa? Pertama, kali itu, barangkali Pak Guru memang belum merasa menemukan referensi yang memadai untuk menjawabnya secara komplit. Kedua, ruang SMS memang ruang pendek. Ketiga, perkembangan psikologi anak kelas 3 belum mungkin menerima jawaban panjang lebar. Keempat, jawaban jantan pasti benarnya, karena istilah “jantan” mengandung ambiguitas (setidaknya memiliki makna konotatif), yakni tidak berarti harus jenis kelamin laki-laki dan bisa berarti suatu sifat berani berbuat berani bertanggungjawab yang potensial juga dimiliki perempuan. Dan, kelima, yang pasti, oleh karena itu Pak Guru secara ilmiah bisa berlindung dibalik jawaban “kejantanannya” itu.

Namun kali ini, setelah libur Ahad kemarin Pak Guru tampak mendalam mencermati Garuda Pancasila di gazebo perpustakaan mininya.Setelah menyimak berita on-line seperti setiap sore hari-hari biasanya, yang terutama menjadi perhatian Pak Guru Garuda akhir-akhir ini ialah kekurang-ajaran Singapura yang mulai berani mengobok-obok dapur NKRI dengan protes penamaan KRI Usman-Harun setelah sebelumnya bersindikat dengan Australia yang terang-terangan menyadap kerahasiaan NKRI dan kini sepak terjang kedua negara itu dikabarkan malah makin menjadi-jadi.

F-16 Singapura memprovokasi langit Batam. Sementara, Angkatan Laut Australia mejeng mondar-mandir di laut perbatasan. Dan, terakhir, dua hari lalu Australia memberikan hibah 2 kapal perang kepada Malaysia, musuh bebuyutan Indonesia, setelah Indonesia menghentikan kerjasama militer dengan Australia sebagai bentuk protes atas perilaku penyadapannya itu.

Maka, hmm, Pak Guru Garuda pun manggut-manggut sembari berkata, “Ini tes yang sebenarnya. Di sini korelasi jawaban jantan saya. Singa dan kanguru yang berlenggak-lenggok di hadapan Garuda rupanya berjenis kelamin betina guna mengetes kejantanan Garuda. Jawabannya tak sekedar serupa dengan arek-arek Surabaya menjawab provokasi Malaby. Tapi berani nggak Garuda menasionalisasi Ibu Pertiwinya Sang Winata dari cengkeraman jahat Si Kadru berserta sindikatnya yang anak-anaknya yang ratusan naga itu di pertambangan-pertambangan, minyak, telekomunikasi dan lain-lainnya. Berani nggak Garuda tidak lagi korupsi. Berani nggak Garuda membangun yang sebenar-benarnya membangun tenaganya. Berani nggak?...”.

Kalau nggak berani, nggak jadi jantan, loh...***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun