Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manis Beracun di Kantor: Mengapa "Sugar Coating" Demi Jabatan Adalah Shortcut yang Menghancurkan

3 Oktober 2025   01:01 Diperbarui: 3 Oktober 2025   01:01 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUATRASI by kam/ai

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pemandangan ini akrab di banyak kantor: Rekan kerja yang tiba-tiba berubah menjadi malaikat paling patuh saat atasan muncul. Setiap katanya meluncur bagai madu, memuji setiap ide, dan mengiyakan setiap keputusan---bahkan yang jelas-jelas keliru. Inilah wajah paling ekstrem dari "Sugar Coating".

Di tengah persaingan karier yang ganas, sugar coating kerap bertransformasi dari sekadar basa-basi menjadi strategi manipulasi berkelas. Namun, untuk memahaminya secara mendalam, kita harus melihatnya bukan sekadar sebagai masalah moral, tetapi sebagai gejala pertarungan dalam "ekonomi perhatian" kantor modern.

1. Ekonomi Perhatian: Mata Uang Baru di Kantor yang Ganas

Dalam dunia yang dibanjiri informasi, perhatian atasan adalah sumber daya yang paling langka dan berharga. Para sugar coater adalah spekulan ulung di pasar ini. Mereka menjual komoditas yang paling laku: "kemudahan kognitif".

Mereka menyuguhkan kepatuhan dan pujian yang mudah dicerna, menghibur, dan membangkitkan ego. Sebaliknya, profesional yang kompeten seringkali menjual "produktivitas" yang membutuhkan usaha lebih untuk dipahami---laporan yang kritis, data yang kompleks, atau masukan yang tidak selalu menyenangkan.

Di sinilah garis itu kabur:

  • Kecerdasan Sosial yang Autentik bertujuan untuk mempermudah kolaborasi dan mengedepankan kebenaran.
  • Sugar Coating yang Manipulatif adalah strategi untuk memonopoli perhatian. Ia fokus pada sanjungan personal ("Hanya Bapak/Ibu yang bisa berpikir sevisioner ini!") dengan tujuan tunggal: mengamankan posisi dan privilege.

Data berbicara keras. Laporan Global Gallup 2023 mengungkap bahwa hanya 23% karyawan di Asia Tenggara yang merasa benar-benar terlibat di pekerjaan mereka. Salah satu pemicu utamanya? Persepsi kuat akan ketidakadilan---di mana sistem penghargaan lebih memihak pada mereka yang "terlihat" sibuk dan patuh, daripada yang benar-benar menghasilkan.

2. Mengapa Shortcut Manis Adalah Investasi Bodong yang Pasti Bangkrut

Mengapa praktik ini bertahan? Karena dalam sistem yang cacat, sugar coating terlihat seperti investasi yang masuk akal. Namun, ini adalah investasi bodong.

Sebuah studi longitudinal oleh Corporate Executive Board (CEB) menemukan fakta mencengangkan: karyawan yang promosinya terutama didorong oleh political skill tanpa kompetensi memadai, 50% lebih mungkin gagal memenuhi target kinerja dalam 18 bulan pertama mereka menjabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun